Sabtu, 11 Desember 2010
Rabu, 29 September 2010
HEI MISTER...!!!
MBAH WONO KAIRUN STORY
HEI...MISTER..!!! JANGAN MASUK..!!!
HEI...MISTER..!!! JANGAN MASUK..!!!
PINTU OPEN
Mbah wonokairun suatu saat pergi ke Amerika Serikat.
Di kota Los angeles yang multi etnis itu Mbah Wono jalan jalan dikawasan bisnis.
Tiba tiba Mbah Wono berhenti sejenak mengagumi sebuah gedung tinggi didepannya.
Ternyata gedung itu adalah sebuah Bank terkenal dikota itu.
Dipintu masuk gedung itu tertera tulisan OPEN.
Dalam pikiran Mbah Wono membayangkan sesuatu yang aneh .
Mbah : “Whiik !!..pintu OPEN nya saja sebesar iru , lha kalo ROTI nya sebesar apa ??”
Mbah wono terus memperhatikan pintu itu.
Tiba tiba seorang Bule yang berkulit putih dengan bergegas mau memasuki pintu itu.
Mbah : “ Hei mister…!! Hei..mister...!! Jangan masuk…!! Itu pintu OPEN mister…!!!”
Namun si Bule tak menggubris teriakan si Mbah dan langsung masuk.
Mbah : “ Goblok orang itu…Sudah tahu OPEN kok dimasuki …”
Mbah Wono masih tetap memperhatikan pintu itu.
Beberapa saat kemudian dari pintu itu keluar seorang Negro berkulit hitam dan berambut kribo.
Mbah : “ Nah…!! Sudah mbah bilang jangan masuk..jangan masuk kepintu itu…Sekarang tahu rasa akibatnya , badanmu jadi gosong kan ????” hehehehe…GUOBLOK..!!
Kamis, 23 September 2010
MBAH WONOKAIRUN
ASAL USUL MBAH WONOKAIRUN
Mbah Wono Kairun adalah figur fiktif yang saya ciptakan pada pertengahan tahun 1975, ketika waktu itu kebetulan acara TRIO BURULU Trio Bunali Rukem Lumut yang saya gagas dua tahun sebelumnya membutuhkan seorang aktor tua untuk melengkapi barisan "artis" Parodi Suroboyoan di Radio Suzana Surabaya.Sebelumnya beberapa Illusion voice atau suara imaginasi telah saya munculkan dari tenggorokan saya seperti : BRUDIN = figur etnis Madura yang memiliki karakter polos,lugu,emosional sering salah ucap dengan aksen Madura yang kental. WAN ABUD = figur ini mewakili etnis keturunan Arab yang tegas, emosional, sederhana , lucu dalam ucapannya yang ber aksen Arab. BUNALI = adalah figur muda Arek Suroboyo yang dikesankan tampan, berwibawa dan disenangi wanita. PAK SELLEH = Figur ini diimaginasikan berusia 70 tahun yang dikenal masyarakat dengan suara paraunya. Karakternya sok usil, sok pinter sering salah paham, dan gak nyambung dalam pembicaraan. TEE ING HAN = Nama etnis Tionghoa ini adalah nama salah seorang penggemar Trio Burulu. Tampangnya lucu,demikian pula cara berpakaian dan yang paling menggelikan cara bicaranya yang agak cedal dan beraksen Tionghoa, namun baik dan penyabar penuh pengertian.
Dari sederetan nama fiktif tersebut nampaknya MBAH WONOKAIRUN yang banyak disenangi masyarakat
berkat celoteh suara tua rentanya yang menggelikan. Dalam penggambaran selanjutnya Mbah Wono memakai kain sarung yang sering melorot karena tidak disabuki serta batuk khasnya yang sering mengganggu lawan bicaranya. Gigi ompong , kepala botak hanya tinggal dua helai rambut yang tersisa.
Mbah Wono digambarkan sebagai kakek tua usia 80 an yang belum pernah menikah. Sifatnya yang tua tua keladi, sok muda , sok gaya, namun tak berdaya. Figur figur fiktif diatas bila sedang "aksi" di acara Trio Burulu pasti agak merepotkan saya karena saya harus berkali kali merubah karakter vokal saya, apalagi kalau suara suara itu saling berdialog. Namun seiring perjalanan semuanya berjalan lancar.Sejak dideklarasikannya acara Trio Burulu Radio Suzana tahun 1975 sampai sekarang gelar acaranya tetap pada jam 15.00 - 16.00 mulai gelombang 1116 AM ganti gelombang 91,1 FM sampai gelombang 91,3 FM saat ini.
Dari perjlanannya yang panjang pengasuh acara Trio Burulu yang masih tetap eksis adalah BUNALI dan LUMUT sementara figur RU nya berganti ganti mulai dari RUKEM ganti RUMINAH ( Ria Enez ) dan sekarang pernnya adalah RUKAYAH ( alias mak Bongki )
Beberapa seniman Jawa Timur juga sering nimbrung di acara tersebut sebagai bintang tamu mulai dari jamannya pelawak Paimo, Harry Koko, Sunaryo alias Sussi , Pelawak Ludruk Sokran dan Roy Markun. Namun sayangnya mereka telah meninggalkan kita semua. Saat ini seniman Ludruk yang masih aktif sebagai bintang tamu adalah Sapari dan Jhuss.Sementara yang namanya INSAP ANDI LAYAOOU salah seorang kader potensial ikut meramaikan acara ini.
Bila kita hitung jumlah cerita yang ditampilkan di acara Trio Burulu Radio Suzana bisa mencapai ribuan cerita, maklum setiap hari kami selalu menampilkan cerita dan thema yang berbeda. Andaikan satu bulan ada 25 cerita, maka setahun 300 cerita. Bila acara ini berlangsung dari tahun 1975 sampai 2010 berarti 35 x 300 cerita = 10.500 cerita. Bisa bisa prestasi ini masuk dalam catatan Guiness Of World Records atau setidaknya masuk MURI. Wallahu A'lam.
Sementara TRIO BURULU sejak kelahiranya sampai saat ini masih tetp mempertahankan ke khasannya yaitu
mengangkat potret potret masyarakat kecil dengan segala permasalahan yang dihadapinya. dengan ramuan gaya Suroboyoan yang kental lugas disertai pewarnaan humor disana sini.
Motto untuk acara Trio Burulu adalah KETAWALAH SEBELUM DITERTAWAI. Hehehehehe....
Saya adalah BUNG KAISAR VICTORIO
TRIO BURULU HISTORY
KAISAR VICTORIO |
ASAL USUL TRIO BURULU
Sejak saya bergabung dengan Radio Suzana tanggal 28 Agustus 1972 terjadi gejolak dalam main set saya untuk membuat suatu inovasi guna menjadikan media yang satu ini bisa meraih penggemar sebanyak banyaknya. Kala itu Radio Suzana berdomisili di Jalan Kapasan pas disebelah Lobby Bioskop Suzana.
Namun niat itu belum terwujud karena saya masih harus menyesuaikan dengan program acara yang sudah ada sebelumnya.Tahun 1973 Radio Suzana pindah ke Jalan Simolawang Baru V Surabaya.Sebuah rumah milik Cik Alik , studio siarannya menempati salah satu kamar besar yang ada didepan.
Momen kepindahan itu saya gunakan untuk merubah acara acara lama yang saya asuh secara bertahap, meskipun masih mengandalkan pemutaran lagu hits waktu itu baik lagu barat maupun Indonesia.
Dua tahun kemudian tepatnya pertengahan 1975 saya menggagas tiga baru sekali gus yaitu : PRAKTEK TERANG KAISAR VICTORIO - GAIRAH REMAJA dan TRIO BURULU. Ketiga acara itu lebih mengandalkan siaran kata ( Talk show ) ketimbang lagu lagunya.
Disinilah momentum bersejarah itu dimulai, khususnya acara TRIO BURULU, kependekan dari Bunali - Rukem dan Lumut.
LATAR BELAKANG ACARA TRIO BURULU
Berangkat dari kondisi masyarakat kala itu yang masih banyak terbelit bermacam masalah ( Social Problems ), mulai dari masalah Rumah Tangga, kesulitan Ekonomi, kemiskinan,pengangguran , etika dan moral dan lain lain yang tidak lepas dari potret kehidupan mereka.Tentu saja diujung cerita Trio Burulu
Ada pesan pesan moral yang kami sampaikan untuk memberikan rasa optimisme dalam kehidupan, serta pencerahan tentang cara hidup yang baik dan wajar.
Motivasi kedua adalah untuk mengangkat nilai nilai budaya Arek Suroboyo khususnya Jawa Timur pada umumnya.Mulai dari karakter Arek Arek Suroboyo, bahasa celoteh Suroboyoan , Guyon Suroboyoan. Setiap orang mungkin tahu bahwa Arek Suroboyo memiliki karakter yang lebih terbuka , tegas, lugas , toleran , gotong royong dan friendly ( bersahabat ).
Motivasi ketiga adalah untuk melestarikan komedi Suroboyoan dengan versi yang beda, meskipun sebelumnya masyarakat sudah mengenal yang namanya Ludruk , Pari'an , Srimulat , dan grup grup lawak Surabaya waktu itu. Perbedaan Trio Burulu dengan apa yang diperbuat oleh para seniman lainnya terletak pada kekuatan cerita dan kekuatan humor.
Alhamdulillah karena saya dilahirkan di kampung Nyamplungan dekat kampung Ampel , dimana masyarakatnya sangat heterogen mulai dari etnis Jawa, Madura, Banjar,Arab. Makassar. Tionghoa.
Dari sinilah saya bisa bergaul dengan mereka dan secara tak disengaja saya juga merasakan karakter dan budaya mereka, baik aksen bicara maupun cara mereka berhumor.
Itulah sebabnya Tokoh tokoh Trio Burulu terdiri dari etnis yang berbeda beda seperti :
BUNALI : Sosok arek Suruboyo Lor loran ( Surabaya Utara )
BRUDIN : Sosok Putra Madura yang sudah lama berdomisili di Surabaya
WAN ABUD : Sosok keterunan etnis Arab
TEE YING HAN : Sosok keturunan etnis Tionghoa
SELLEH : Sosok Masyarakat kecil ( Wong Cilik )
MBAH WONOKAIRUN : Sosok Orang Sepuh asli Surabaya
RUKEM : Sosok keibuan yang cerewet dan kritis
LUMUT : Sosok ning Suroboyo yang eblas dan banyak maunya.
Alhamdulillah..sambutan masyarakat begitu besar merespon kehadiran acara ini , karena thema ceritanya sebagian menyentuh pengalaman hidup mereka.
Pokoknya Trio Burulu dianggap representasi kehidupan mereka.
Seiring perjalanannya Trio Burulu Radio Suzana Surabaya memberi kesempatan kepada para seniman Jawa Timur untuk menjadi bintang tamunya hingga saat ini.
Tahun 1977 Trio Burulu pindah padepoan dari Jl. Simolawang Baru ke Jl. Taman Apsari 7 Surabaya.
Tahun 2010 mulai awal Januari pindah lagi ke Jl. Walikota Mustajab 62 Surabaya.
Wassalam : Kaisar Victorio
Rabu, 22 September 2010
TRIO BURULU DIMATA AKADEMISI
ANALISIS MEREKA
MOTIF PENDENGAR TRIO BURULU DALAM MENDENGARKAN PROGRAM SANDIWARA RADIO BERBAHASA SUROBOYOAN TRIO BURULU RADIO SUZANA SURABAYA |
By: MAS'AN, QURRATU A'YUN Email: library@lib.unair.ac.idUndergraduate Theses Airlangga University Created: 2008-12-18 , with 1 file(s). |
Keywords: Sandiwara radio, Bahasa Surobo. roan, "Trio .
Burulu, Radio Suzana, Motif, Pendengar usia dewasa
Subject: RADIO PLAYS; DRAMA
Call Number: KKB KK-2 Fis K 36/08 Mas m
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif' dengan tingkat analisis deskriptif' yang bertujuan untuk menjelaskan motif yang melatar belakangi pola konsumsi pendengar Trio Burulu terhadap program Trio Burulu Radio Suzana Surabaya. Motif dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam empat bagian yaitu motif infiormasi, motif integrasi dan interaksi social, motif diversity, dan motif identitas pribadi. Teori yang digunakan adalah teori Uses and Grali ication yang menyatakan bahwa pada dasarnya khalayak bersifat aktif'dan selektif'dalam memilih media massa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara aksidental dan Surabaya ditetapkan sebagai lokasi penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motif utama pars pendengar Trio Burulu dalam mendengarkan program Sandiwara radio tersebut adalah motif integrasi dan interaksi sosial, dimana para pendengar Trio Burulu menjadikan program tersebut sebagai sarana untuk meningkatkan empati sosial. Dengan mengikuti alur cerita yang disajikan, para pendengar Trio Burulu dapat ikut merupakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Selasa, 21 September 2010
TULISANE AREK AREK - PART 1
MBAH WONOKAIRUN STORY
MANCING
Sore-sore mari udhan, Wonokairun mancing nang got cilik ndhik ngarepe warunge
Mbok Ten.
Ambek rokokan klobhot, Wonokairun ndhodhok sarungan nyekeli pancinge.
Wong-wong sing katene andhok mesti ndhelok Wonokairun.
Onok sing sakno, onok sing kudhu ngguyu, onok sing ngiro wong gendheng yo onok
sing cuek ae.
Gak sui Bunali teko katene andhok pisan. Bareng ndhelok Wonokairun koyok ngono
langsung gak mentolo.
"Mbah, ayok melok aku mangan, wis tah tak bayari ojok kawatir. " jare Bunali.
Pertama Wonokairun isin-isin gak gelem, tapi mari dibujuk-bujuk akhire gelem.
"Sampeyan pesen panganan opo ae sak senenge," jare Bunali.
Mari mangan warek, Bunali ngejak Wonokairun ngobrol.
"Sampeyan mancing ndhik peceren kono mau mosok onok iwake ?" takok Bunali.
"Yo onok rek !! Lek gak, lha lapo tak belani ndhodhok sarungan sak uwen-uwen. "
jare Wonokairun.
"Mosok se Mbah. Wis oleh iwak piro Sampeyan ?" jare Bunali gak percoyo.
"Awakmu sing ke limo . . ."
MINI MARKET
Wonokairun lagi blonjo ndhik minimarket cedhak omahe.
Sing dituku tibake daging kalengan gawe pakane kucing.
Pas katene mbayar, Wonokairun ditakoni kasire.
"Mbah, lek sampeyan katene tuku pakan kucing iki, sampeyan kudhu mbuktekno
lek sampeyan iku ndhuwe kucing.
Aku khawatir lek tibake pakan kucing iki sampeyan emplok dhewe. " jare Bunali,
kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nggendhong kucing dipamerno ndhik
Bunali.
"Iki kucingku " jare Wonokairun ambek mbayar daging kalengan gawe kucinge.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki tuku biskuit balung
pakane asu.
Pas katene mbayar, ditakoni maneh ambek Bunali.
"Mbah, sampeyan ndhuwe asu tah ?. Aku khawatir lek tibake pakan asu iki
sampeyan emplok dhewe. " jare Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nuntun asu dipamerno ndhik Bunali.
"Iki asuku " jare Wonokairun ambek mbayar biskuit balung gawe asune.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki nenteng kardus bekase
indomi sing pinggire dibolongi sak driji.
"Mbah, sampeyan katene tuku pakane ulo tah ? " jare Bunali.
"Iki isine dhudhuk ulo. Cobaken tanganmu lebokno kene lek pingin ngerasakno.
Wis tah tak jamin gak bakal nyatek. " jare Wonokairun.
Pertama Bunali rodhok wedhi, tapi mari dibujuk Wonokairun akhire Bunali
kendhel. Drijine dilebokno ndhik bolongane kerdus.
Tibake njerone onok gembuk-gembuke. Pas drijine ditarik maneh, ambune malih
gak whuenak.
Bunali misuh-misuh gak karuan, " Damput, ancene wong dhobhol, lha laopo aku
sampeyan kongkon ndhemok tembelek."
"Saiki, oleh tah aku tuku tisu kamar mandi ? ".
“Mbah, waduh wedhus sampeyan akeh yo ?” jare Bunali
“Yo lumayan ” jare si Mbah
“Pira kabehe, Mbah ?” takon Bunali maneh
“Sing putih opo sing ireng ?”
“Sing putih, wis”
“Selawe”‘
“Wik, cik akehe. Lha sing ireng?’”
“Podho…” jare Wonokairun ambek ngarit suket
Bunali takon maneh.
“Mangan sukete yo akeh pisan, Mbah..”
“Yo..”
“Pirang kilo mangane sakdino ?”
“Sing putih opo sing ireng ?”
‘Sing ireng, wis’
“Yo kiro-kiro limang kiloan”
“Lha sing putih?”
“Podho . . .”
( Bunali bingung, laopo lek ditakoni kok kudu
mbedakno sing putih tah ireng, wong jawabane
yo podho ae )
“Mbah, opoko lek tak takoni perkara wedusmu,
sampeyan mesti leren takon sing putih tah
sing ireng barang. Padahal masiyo putih
utawa ireng, jawabanmu podho terus. Sakjane
ngono onok opo?”
“Ngene lho, sing putih iku wehusku…”
“Lha sing ireng ?”
“Podho . . .”
BELAJAR BROMPIT
NGUMBAH KOCENG
“Mbah, kok dungaren sampeyan umbah-umbah dhewe ?” takok Bunali.
“Aku katene ngumbah kucing” jare Wonokairun.
“Gak salah tah Mbah?” Bunali bingung.
“Iyo soale kucingku akeh tumone.” Jare Wonokairun.
“Wah yo isok matek kucing sampeyan Mbah” Bunali ngilingno.
“Lho koncoku wingi ngono, ...gak opo-opo kok” jare Wonokairun.
Mari mbayar, Wonokairun mulih katene ngumbah kucinge.
Sesuke, Wonokairun teko maneh ndhik tokone Bunali kate tuku rokok.
“Yok opo kucing sampeyan Mbah ?” takok Bunali.
“Kucingku matek“ jare Wonokairun.
“Lho lak temen ta... Sampeyan iku tak kandhani gak percoyo. Laopo kucing atik diumbah ambek rinso, wong onok obat tumo” jare Bunali nyeneni.
“Kucingku matek gak mergo rinso” jare Wonokairun njelasno.
“Lha opok’o kok matek??” Bunali gak sabar.
“Tak peres.....”
“Mbah, kok dungaren sampeyan umbah-umbah dhewe ?” takok Bunali.
“Aku katene ngumbah kucing” jare Wonokairun.
“Gak salah tah Mbah?” Bunali bingung.
“Iyo soale kucingku akeh tumone.” Jare Wonokairun.
“Wah yo isok matek kucing sampeyan Mbah” Bunali ngilingno.
“Lho koncoku wingi ngono, ...gak opo-opo kok” jare Wonokairun.
Mari mbayar, Wonokairun mulih katene ngumbah kucinge.
Sesuke, Wonokairun teko maneh ndhik tokone Bunali kate tuku rokok.
“Yok opo kucing sampeyan Mbah ?” takok Bunali.
“Kucingku matek“ jare Wonokairun.
“Lho lak temen ta... Sampeyan iku tak kandhani gak percoyo. Laopo kucing atik diumbah ambek rinso, wong onok obat tumo” jare Bunali nyeneni.
“Kucingku matek gak mergo rinso” jare Wonokairun njelasno.
“Lha opok’o kok matek??” Bunali gak sabar.
“Tak peres.....”
NGUNTAL YUYU
Sore-sore mbah Wonokairun dijak ngobrol ambek Bunali.
"Mbah, jare arek-arek sampeyan wis rabi ping telu. Temenan tah?" takok Bunali.
"Yo bener, tapi bojoku wis matek kabeh" jare Wonokairun.
"Lho kok isok?" jare Bunali
"Sing pertama mati nguntal yuyu" jare Wonokairun
"Sing nomer loro?" takok Bunali
"Singo nomer loro yo mati nguntal yuyu" jare Wonokairun
"Lha sing nomer telu nguntal yuyu pisan tah?" jare Bunali kemeruh
"Gak matine mergo tak gibeng" jare Wonokairun
"Lho opo'o?" takok Bunali
"Soale gak gelem nguntal yuyu.........?
Ha......???????
"Mbah, jare arek-arek sampeyan wis rabi ping telu. Temenan tah?" takok Bunali.
"Yo bener, tapi bojoku wis matek kabeh" jare Wonokairun.
"Lho kok isok?" jare Bunali
"Sing pertama mati nguntal yuyu" jare Wonokairun
"Sing nomer loro?" takok Bunali
"Singo nomer loro yo mati nguntal yuyu" jare Wonokairun
"Lha sing nomer telu nguntal yuyu pisan tah?" jare Bunali kemeruh
"Gak matine mergo tak gibeng" jare Wonokairun
"Lho opo'o?" takok Bunali
"Soale gak gelem nguntal yuyu.........?
Ha......???????
BALES DENDAM
Wonokairun mlaku mlaku nang TP ijenan katene mejeng, dandane mbois gak gelem kalah ambek ABG. Pas katene mulih dhadhak dirampok nang parkiran.
Kuabeh amblas, bronpit disikat, dompet amblas, klambi diplorot kari kampesan thok.
Wonokairun ngguondhok pol, toleh-toleh mbrebes mili nang tengah embong.
Wonokairun nyobak nyegat taksi, ambek njelasno lek mari dirampok.
Wonokairun janji mbayar taksine nang omah.
Tibake supir taksine iku gak percoyo, sombong poll, gak gelem nolong blas malah ngilokno.
"Asline wong mbambung ae athik aksi ethok-ethok dirampok ! "jare supir taksine nang ngarepe wongakeh.
Wonokairun loro atine di isin-isin koyok ngono.
Wonokairun akhire terpaksa mlaku mulih nang Sepanjang buntelan koran.
Cumak yo ngono, Wonokairun dendam pol nang supir taksi iku mau, pokoke ditengeri wonge lemu ireng kopiahan.
Aku kudhu isok mbales ngisin-ngisin wong elek iki, pikire Wonokairun.
Minggu ngarepe, Wonokairun dulin nang TP ijenan maneh. Mari wis tuwuk dulin, akhire Wonokairun mulih.
Pas metu TP, akeh taksi sing antri golek penumpang.
Wonokairun sengojo golek supir taksi sing minggu wingi nglarakno ati, katene balas dendam.
Diurut mulai sing paling ngarep, Wonokairun nakoni supir taksine sithok-sithok.
"Cak, nang Sepanjang piro" takok Wonokairun.
"Biasa mbah, borongan ae seket ewu" jare supir taksine.
"Mari ngeterno, tak sodomi yo, ojok khawatir ongkose tak tambahi ?" takok Wonokairun maneh.
"Wok nggilani !!!, Koen kiro aku iki homo tah mbah. Masio elek, aku iki wong lanang normal mbah,goleko sing liyane ae !" jare supir taksi iku ambek misuh-misuh tersinggung.
Kuabeh supir taksi sing dijak kencan jawabe podho kabeh ambek misuh-misuh gak karuan, tapi Wonokairun cuek ae.
Sampek taksi sing paling mburi, akhire Wonokairun ketemu supir taksi lemu ireng kopiahan sing digoleki.
Koyoke supir taksine iku wis lali ambek Wonokairun.
"Cak, nang Sepanjang piro?" Wonokairun aksi takok.
"Biasa ae mbah, seket ewu. " jare supir taksine.
"Yo wis, ayok ndhang budhal." Wonokairun langsung numpak terus budhal, Wonokairun sempet ngelirik kartu pengenale tibake jenenge Markun.
Mergo paling mburi, terpaksa supir taksine iku bengok-bengok ngongkon konco-koncone sing nang ngarep minggir sithik cik isok lewat.
Bareng wis mlaku, Wonokairun dadah-dadah nang supir-supir taksi iku, mesam-mesem ambek ngomong "Eenaaak teennaann . . ."
Konco-konco supir taksi sing ndhelok Markun malih bingung kuabeh gilo kudhu mukok .
Wonokairun mlaku mlaku nang TP ijenan katene mejeng, dandane mbois gak gelem kalah ambek ABG. Pas katene mulih dhadhak dirampok nang parkiran.
Kuabeh amblas, bronpit disikat, dompet amblas, klambi diplorot kari kampesan thok.
Wonokairun ngguondhok pol, toleh-toleh mbrebes mili nang tengah embong.
Wonokairun nyobak nyegat taksi, ambek njelasno lek mari dirampok.
Wonokairun janji mbayar taksine nang omah.
Tibake supir taksine iku gak percoyo, sombong poll, gak gelem nolong blas malah ngilokno.
"Asline wong mbambung ae athik aksi ethok-ethok dirampok ! "jare supir taksine nang ngarepe wongakeh.
Wonokairun loro atine di isin-isin koyok ngono.
Wonokairun akhire terpaksa mlaku mulih nang Sepanjang buntelan koran.
Cumak yo ngono, Wonokairun dendam pol nang supir taksi iku mau, pokoke ditengeri wonge lemu ireng kopiahan.
Aku kudhu isok mbales ngisin-ngisin wong elek iki, pikire Wonokairun.
Minggu ngarepe, Wonokairun dulin nang TP ijenan maneh. Mari wis tuwuk dulin, akhire Wonokairun mulih.
Pas metu TP, akeh taksi sing antri golek penumpang.
Wonokairun sengojo golek supir taksi sing minggu wingi nglarakno ati, katene balas dendam.
Diurut mulai sing paling ngarep, Wonokairun nakoni supir taksine sithok-sithok.
"Cak, nang Sepanjang piro" takok Wonokairun.
"Biasa mbah, borongan ae seket ewu" jare supir taksine.
"Mari ngeterno, tak sodomi yo, ojok khawatir ongkose tak tambahi ?" takok Wonokairun maneh.
"Wok nggilani !!!, Koen kiro aku iki homo tah mbah. Masio elek, aku iki wong lanang normal mbah,goleko sing liyane ae !" jare supir taksi iku ambek misuh-misuh tersinggung.
Kuabeh supir taksi sing dijak kencan jawabe podho kabeh ambek misuh-misuh gak karuan, tapi Wonokairun cuek ae.
Sampek taksi sing paling mburi, akhire Wonokairun ketemu supir taksi lemu ireng kopiahan sing digoleki.
Koyoke supir taksine iku wis lali ambek Wonokairun.
"Cak, nang Sepanjang piro?" Wonokairun aksi takok.
"Biasa ae mbah, seket ewu. " jare supir taksine.
"Yo wis, ayok ndhang budhal." Wonokairun langsung numpak terus budhal, Wonokairun sempet ngelirik kartu pengenale tibake jenenge Markun.
Mergo paling mburi, terpaksa supir taksine iku bengok-bengok ngongkon konco-koncone sing nang ngarep minggir sithik cik isok lewat.
Bareng wis mlaku, Wonokairun dadah-dadah nang supir-supir taksi iku, mesam-mesem ambek ngomong "Eenaaak teennaann . . ."
Konco-konco supir taksi sing ndhelok Markun malih bingung kuabeh gilo kudhu mukok .
. .
LIMOLAS JUTA
Wonokairun lungo nang Tretes mampir nang Wisma Rindu Malam.
Isine wong wedhok ayu-ayu semlohe, sikile mulus-mulus gak onok sing bubulen.
Wonokairun disambut ambet Mamane wisma.
"Aku pingin pethuk ambek Sablah" ajre Wonokairun.
"Mbah, Sablah iku cewek paling ayu nang kene, taripe yo paling larang. Sampeyan mesti gak cukup
dhuwike, tak golekno sing liyane ae yo . . ." jare Mamane.
"Aku kudhu pethuk ambek Sablah." Wonokairun mekso.
Akhire Mamane ngongkon Sablah metu seko petarangan, tibake areke pancen uayu tenan..
"Mbah, sampeyan wis weruh tah lek taripku iku limang juta sekali booking ?" takok Sablah.
Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine limang juta.
Mari ngono, Wonokairun digandeng Sablah munggah mlebu arena. Bareng wis mari diservis,
Wonokairun minggat.
Sisuke Wonokairun teko maneh nang Wisma Rindu Malam iku.
"Aku pingin pethuk ambek Sablah" jare Wonokairun.
"Mbah, masio sampeyan wingi wis booking Sablah, taripe pancet lho yo gak ono diskon" jare
Mamane.
"Aku kudhu pethuk ambek Sablah" Wonokairun mekso maneh. Wong mulai kasak-kusuk ngrasani
mbah Wonokairun.
Akhire Mamane nyeluk Sablah.
"Mbah, sampeyan wis weruh tah gak lek taripku pancet limang juta sekali booking ?" takok Sablah.
Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine limang juta.
Mari ngono, arek loro iku munggah mlebu arena. Bareng wis mari diservis, Wonokairun minggat.
Sisuke maneh, Wonokairun teko pisan maneh nang Wisma Rindu Malam.
"Aku pingin pethuk ambek Sablah" jare Wonokairun.
"Mbah, masio sampeyan wingi wis booking ping pindho, taripe Sablah pancet lho yo gak ono diskon"
jare Mamane.
"Aku kudhu pethuk ambek Sablah," jare Wonokairun. Wong tambah rame kasak-kusuk ngrasani, tapi
mbah Wonokairun cuek ae.
Akhire Mamane nyeluk Sablah.
"Mbah, sampeyan wis weruh tah gak lek tarifku pancet limang juta sekali booking ?" takok Sablah.
Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine limang juta.
Mari ngono, arek loro iku munggah mlebu arena.
Bareng wis mari, Sablah penasaran ambek Wonokairun.
"Mbah, sampeyan iku cik lomane ambek aku, sak umur-umur gak ono wong sing wani mbooking aku
lansung ping telu. Seko ndheso endhi sampeyan Mbah ?" takok Sablah.
"Aku seko Sepanjang" jare Wonokairun.
"Lho iyo tah !!, aku ndhuwe dulur nang Sepanjang pisan." jare Sablah kaget.
"Wis weruh aku. Bapakmu mati sak wulan kepungkur. Mbakyumu nggoleki awakmu gak ketemu, terus
ngongkon aku nggolek awakmu kanggo nyerahno dhuwik warisan limolas juta . . ."
Wonokairun lungo nang Tretes mampir nang Wisma Rindu Malam.
Isine wong wedhok ayu-ayu semlohe, sikile mulus-mulus gak onok sing bubulen.
Wonokairun disambut ambet Mamane wisma.
"Aku pingin pethuk ambek Sablah" ajre Wonokairun.
"Mbah, Sablah iku cewek paling ayu nang kene, taripe yo paling larang. Sampeyan mesti gak cukup
dhuwike, tak golekno sing liyane ae yo . . ." jare Mamane.
"Aku kudhu pethuk ambek Sablah." Wonokairun mekso.
Akhire Mamane ngongkon Sablah metu seko petarangan, tibake areke pancen uayu tenan..
"Mbah, sampeyan wis weruh tah lek taripku iku limang juta sekali booking ?" takok Sablah.
Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine limang juta.
Mari ngono, Wonokairun digandeng Sablah munggah mlebu arena. Bareng wis mari diservis,
Wonokairun minggat.
Sisuke Wonokairun teko maneh nang Wisma Rindu Malam iku.
"Aku pingin pethuk ambek Sablah" jare Wonokairun.
"Mbah, masio sampeyan wingi wis booking Sablah, taripe pancet lho yo gak ono diskon" jare
Mamane.
"Aku kudhu pethuk ambek Sablah" Wonokairun mekso maneh. Wong mulai kasak-kusuk ngrasani
mbah Wonokairun.
Akhire Mamane nyeluk Sablah.
"Mbah, sampeyan wis weruh tah gak lek taripku pancet limang juta sekali booking ?" takok Sablah.
Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine limang juta.
Mari ngono, arek loro iku munggah mlebu arena. Bareng wis mari diservis, Wonokairun minggat.
Sisuke maneh, Wonokairun teko pisan maneh nang Wisma Rindu Malam.
"Aku pingin pethuk ambek Sablah" jare Wonokairun.
"Mbah, masio sampeyan wingi wis booking ping pindho, taripe Sablah pancet lho yo gak ono diskon"
jare Mamane.
"Aku kudhu pethuk ambek Sablah," jare Wonokairun. Wong tambah rame kasak-kusuk ngrasani, tapi
mbah Wonokairun cuek ae.
Akhire Mamane nyeluk Sablah.
"Mbah, sampeyan wis weruh tah gak lek tarifku pancet limang juta sekali booking ?" takok Sablah.
Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine limang juta.
Mari ngono, arek loro iku munggah mlebu arena.
Bareng wis mari, Sablah penasaran ambek Wonokairun.
"Mbah, sampeyan iku cik lomane ambek aku, sak umur-umur gak ono wong sing wani mbooking aku
lansung ping telu. Seko ndheso endhi sampeyan Mbah ?" takok Sablah.
"Aku seko Sepanjang" jare Wonokairun.
"Lho iyo tah !!, aku ndhuwe dulur nang Sepanjang pisan." jare Sablah kaget.
"Wis weruh aku. Bapakmu mati sak wulan kepungkur. Mbakyumu nggoleki awakmu gak ketemu, terus
ngongkon aku nggolek awakmu kanggo nyerahno dhuwik warisan limolas juta . . ."
NGINCENG
Tole, anake Romlah, mlayu menggos-menggos mlebu omah nggoleki ibuke.
"Buuuk . .Ibuuuuk...!!!" jare Tole ambek nungkul ibuke.
"Opoko Le, kon kok koyok diuber celeng . .?" takon Romlah.
"Bu aku mari mergoki Bapak ambek Yuk Jah wong loro . . ." jare Tole ambek menggos-menggos.
"Sik tak la, alon-alon lek cerito, longgo sing nggenah dhisik .." jare Romlah ngayemno anake.
"Ngene lho Buk, pas aku dhulin nang omahe Kelik, aku ndhelok Bapak mlebu nang omahe Yuk Jah."
jare Tole.
"Wis wis Stop ! Stop ! Stop!, ceritone disimpen dhisik ae. Lek Bapakmu teko, ceritone lagek diterusno.
Aku pingin weruh reaksine Bapakmu. "jare Romlah.
Sorene Muntiyadi mulih wis dienteni Tole ambek Romlah.
"Ayok Le, age ndhang cerito nak" jare Romlah.
"Pas aku dhulinan nang omahe Kelik, moro-moro aku ndhelok Bapake mlebu nang omahe Yuk Jah.
Aku timik-timik nututi Bapake, terus nginceng seko jendelo. Aku ndhelok Bapak terus sayangsayangan
ambek Yuk Jah. Mari ngono aku .... wis gak wis aku gak wani nerusno . ." jare Tole.
Romlah penasaran, Muntiyadi gemeter tegang.
"Ojok wedhi ambek Bapakmu, ayo age terus no. Mari ngono Bapakmu lapo ambek Yuk Jah !!"
Romlah mekso anake.
Mari dipekso-pekso akhire Tole nerusno ceritone
"Mari ngono Bapak ambek Yuk Jah dulinan jaran-jaranan koyok . . . koyok . . .” Tole mandeg maneh
gak wani ngomong.
“Lho ayo terusno ojok wedhi, koyok opo ayo sing jelas “ Romlah mbentak anake maneh.
Akhire Tole wani nerusno maneh.
“Koyok Ibu ambek om Gempil mbiyen . . ."
Tole, anake Romlah, mlayu menggos-menggos mlebu omah nggoleki ibuke.
"Buuuk . .Ibuuuuk...!!!" jare Tole ambek nungkul ibuke.
"Opoko Le, kon kok koyok diuber celeng . .?" takon Romlah.
"Bu aku mari mergoki Bapak ambek Yuk Jah wong loro . . ." jare Tole ambek menggos-menggos.
"Sik tak la, alon-alon lek cerito, longgo sing nggenah dhisik .." jare Romlah ngayemno anake.
"Ngene lho Buk, pas aku dhulin nang omahe Kelik, aku ndhelok Bapak mlebu nang omahe Yuk Jah."
jare Tole.
"Wis wis Stop ! Stop ! Stop!, ceritone disimpen dhisik ae. Lek Bapakmu teko, ceritone lagek diterusno.
Aku pingin weruh reaksine Bapakmu. "jare Romlah.
Sorene Muntiyadi mulih wis dienteni Tole ambek Romlah.
"Ayok Le, age ndhang cerito nak" jare Romlah.
"Pas aku dhulinan nang omahe Kelik, moro-moro aku ndhelok Bapake mlebu nang omahe Yuk Jah.
Aku timik-timik nututi Bapake, terus nginceng seko jendelo. Aku ndhelok Bapak terus sayangsayangan
ambek Yuk Jah. Mari ngono aku .... wis gak wis aku gak wani nerusno . ." jare Tole.
Romlah penasaran, Muntiyadi gemeter tegang.
"Ojok wedhi ambek Bapakmu, ayo age terus no. Mari ngono Bapakmu lapo ambek Yuk Jah !!"
Romlah mekso anake.
Mari dipekso-pekso akhire Tole nerusno ceritone
"Mari ngono Bapak ambek Yuk Jah dulinan jaran-jaranan koyok . . . koyok . . .” Tole mandeg maneh
gak wani ngomong.
“Lho ayo terusno ojok wedhi, koyok opo ayo sing jelas “ Romlah mbentak anake maneh.
Akhire Tole wani nerusno maneh.
“Koyok Ibu ambek om Gempil mbiyen . . ."
MBECAK MANEH
Isuk-isuk Wonokairun wis mruput mancal becak golek penumpang. Mari ngono oleh penumpang cewek uayu ambune wangi rambute teles mari kramas, Wonokairun sueneng poll.
“Arep nang endhi Ning ?” jare Wonokairun.
“Nang slompretan mbah . .” jare ceweke.
“Waduh gak weruh aku nggone ning . .” jare Wonokairun.
“Wis mbah pokoke sampeyan mancal ae nurut komandoku . .” jare ceweke.
“Oke boss . . ” jare Wonokairun ambek mbukak terpal becake, karepe ben iso ngrasakno mambu wangi rambute cewek iku.
“Kiri mbah . .” Wonokairun nurut menggok kiwo.
“Kanan mbah . .” Wonokairun nurut menggok kanan.
“Kanan maneh . .” Wonokairun nurut.
“Kiri .” “Kanan . .” “Kenceng ae mbah ..” “Kanan maneh . .terus kiri “
Wonokairun nurut ae sing penting iso ndelok gegere ceweke ayu iku.
“Wis stop kene ae Mbah !!” moro-moro ceweke mbengok ambek ngekeki dhuwik limang ewu.
Wonokairun nuangis mbrebes mili.
“Lho opoko mbah, kurang tah, iki lho tak tambahi maneh .” jare ceweke ambek ngekeki dhuwik sepuluh ewu.
Wonokairun sik nuangis ae.
“Sepurane yo mbah, sik kurang tah, iki lho tak tambahi maneh . .” jare ceweke ambek ngekeki dhuwik seket ewu.
Wonokairun sik nuangis ae.
“Waduh mbah sampeyan njaluk piro ? Age ngomongo.” ceweke bingung.
“Ning aku nuangis gak perkoro dhuwike kurang . .” jare Wonokairun.
“Lho opoko mbah ?” jare ceweke.
“Aku lali dalane mulih . . .”
Isuk-isuk Wonokairun wis mruput mancal becak golek penumpang. Mari ngono oleh penumpang cewek uayu ambune wangi rambute teles mari kramas, Wonokairun sueneng poll.
“Arep nang endhi Ning ?” jare Wonokairun.
“Nang slompretan mbah . .” jare ceweke.
“Waduh gak weruh aku nggone ning . .” jare Wonokairun.
“Wis mbah pokoke sampeyan mancal ae nurut komandoku . .” jare ceweke.
“Oke boss . . ” jare Wonokairun ambek mbukak terpal becake, karepe ben iso ngrasakno mambu wangi rambute cewek iku.
“Kiri mbah . .” Wonokairun nurut menggok kiwo.
“Kanan mbah . .” Wonokairun nurut menggok kanan.
“Kanan maneh . .” Wonokairun nurut.
“Kiri .” “Kanan . .” “Kenceng ae mbah ..” “Kanan maneh . .terus kiri “
Wonokairun nurut ae sing penting iso ndelok gegere ceweke ayu iku.
“Wis stop kene ae Mbah !!” moro-moro ceweke mbengok ambek ngekeki dhuwik limang ewu.
Wonokairun nuangis mbrebes mili.
“Lho opoko mbah, kurang tah, iki lho tak tambahi maneh .” jare ceweke ambek ngekeki dhuwik sepuluh ewu.
Wonokairun sik nuangis ae.
“Sepurane yo mbah, sik kurang tah, iki lho tak tambahi maneh . .” jare ceweke ambek ngekeki dhuwik seket ewu.
Wonokairun sik nuangis ae.
“Waduh mbah sampeyan njaluk piro ? Age ngomongo.” ceweke bingung.
“Ning aku nuangis gak perkoro dhuwike kurang . .” jare Wonokairun.
“Lho opoko mbah ?” jare ceweke.
“Aku lali dalane mulih . . .”
MANCING
Sore-sore mari udhan, Wonokairun mancing nang got cilik ndhik ngarepe warunge
Mbok Ten.
Ambek rokokan klobhot, Wonokairun ndhodhok sarungan nyekeli pancinge.
Wong-wong sing katene andhok mesti ndhelok Wonokairun.
Onok sing sakno, onok sing kudhu ngguyu, onok sing ngiro wong gendheng yo onok
sing cuek ae.
Gak sui Bunali teko katene andhok pisan. Bareng ndhelok Wonokairun koyok ngono
langsung gak mentolo.
"Mbah, ayok melok aku mangan, wis tah tak bayari ojok kawatir. " jare Bunali.
Pertama Wonokairun isin-isin gak gelem, tapi mari dibujuk-bujuk akhire gelem.
"Sampeyan pesen panganan opo ae sak senenge," jare Bunali.
Mari mangan warek, Bunali ngejak Wonokairun ngobrol.
"Sampeyan mancing ndhik peceren kono mau mosok onok iwake ?" takok Bunali.
"Yo onok rek !! Lek gak, lha lapo tak belani ndhodhok sarungan sak uwen-uwen. "
jare Wonokairun.
"Mosok se Mbah. Wis oleh iwak piro Sampeyan ?" jare Bunali gak percoyo.
"Awakmu sing ke limo . . ."
MINI MARKET
Wonokairun lagi blonjo ndhik minimarket cedhak omahe.
Sing dituku tibake daging kalengan gawe pakane kucing.
Pas katene mbayar, Wonokairun ditakoni kasire.
"Mbah, lek sampeyan katene tuku pakan kucing iki, sampeyan kudhu mbuktekno
lek sampeyan iku ndhuwe kucing.
Aku khawatir lek tibake pakan kucing iki sampeyan emplok dhewe. " jare Bunali,
kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nggendhong kucing dipamerno ndhik
Bunali.
"Iki kucingku " jare Wonokairun ambek mbayar daging kalengan gawe kucinge.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki tuku biskuit balung
pakane asu.
Pas katene mbayar, ditakoni maneh ambek Bunali.
"Mbah, sampeyan ndhuwe asu tah ?. Aku khawatir lek tibake pakan asu iki
sampeyan emplok dhewe. " jare Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nuntun asu dipamerno ndhik Bunali.
"Iki asuku " jare Wonokairun ambek mbayar biskuit balung gawe asune.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki nenteng kardus bekase
indomi sing pinggire dibolongi sak driji.
"Mbah, sampeyan katene tuku pakane ulo tah ? " jare Bunali.
"Iki isine dhudhuk ulo. Cobaken tanganmu lebokno kene lek pingin ngerasakno.
Wis tah tak jamin gak bakal nyatek. " jare Wonokairun.
Pertama Bunali rodhok wedhi, tapi mari dibujuk Wonokairun akhire Bunali
kendhel. Drijine dilebokno ndhik bolongane kerdus.
Tibake njerone onok gembuk-gembuke. Pas drijine ditarik maneh, ambune malih
gak whuenak.
Bunali misuh-misuh gak karuan, " Damput, ancene wong dhobhol, lha laopo aku
sampeyan kongkon ndhemok tembelek."
"Saiki, oleh tah aku tuku tisu kamar mandi ? ".
PIKUN
Sore-sore Wonokairun nangis gerung-gerung ndhik pinggir embong ambek
napuki sirahe.
Gak sui Bunali liwat, begitu ndhelok onok wong tuwek nangis langsung mandhek
nakoni.
"Mbah, laopo sampeyan nangis ndhik pinggir embong ?" takok Bunali.
"Aku ndhuwe bojo anyar ndhik omah, sik tas ae tak rabi, umure 20 taun, sik
enom, ayu, semlohe. " jare Wonokairun ambek nangis.
"Lho lak enak se sampeyan, laopo kok nangis lho ?. " Bunali mulai bingung.
"Ngene lho cak, wis ayu, bojoku iku yo pinter masak. Opo ae kari njaluk, jangan
asem, rawon, brengkes, sembarang sing enak-enak pokoke. " jare Wonokairun.
"Lha kurang opo maneh sampeyan Mbah. Ngono kok sik mewek ae. " Bunali
tambah bingung.
"Mari ngono yo, bojoku iku setia pol ambek aku. Lek onok sing nggudho langsung
dikandhakno aku. " jare Wonokairun maneh.
"Lek ngono ceritane, lha terus opoko sampeyan kok nangis gerung-gerung gak
mari-mari ?" Bunali wis gak sabar meneh.
"Masalae aku lali ndhik endhi omahku . . . ."
Sore-sore Wonokairun nangis gerung-gerung ndhik pinggir embong ambek
napuki sirahe.
Gak sui Bunali liwat, begitu ndhelok onok wong tuwek nangis langsung mandhek
nakoni.
"Mbah, laopo sampeyan nangis ndhik pinggir embong ?" takok Bunali.
"Aku ndhuwe bojo anyar ndhik omah, sik tas ae tak rabi, umure 20 taun, sik
enom, ayu, semlohe. " jare Wonokairun ambek nangis.
"Lho lak enak se sampeyan, laopo kok nangis lho ?. " Bunali mulai bingung.
"Ngene lho cak, wis ayu, bojoku iku yo pinter masak. Opo ae kari njaluk, jangan
asem, rawon, brengkes, sembarang sing enak-enak pokoke. " jare Wonokairun.
"Lha kurang opo maneh sampeyan Mbah. Ngono kok sik mewek ae. " Bunali
tambah bingung.
"Mari ngono yo, bojoku iku setia pol ambek aku. Lek onok sing nggudho langsung
dikandhakno aku. " jare Wonokairun maneh.
"Lek ngono ceritane, lha terus opoko sampeyan kok nangis gerung-gerung gak
mari-mari ?" Bunali wis gak sabar meneh.
"Masalae aku lali ndhik endhi omahku . . . ."
WEDUS
Bunali pethuk Wonokairun lagi angon wedhus.“Mbah, waduh wedhus sampeyan akeh yo ?” jare Bunali
“Yo lumayan ” jare si Mbah
“Pira kabehe, Mbah ?” takon Bunali maneh
“Sing putih opo sing ireng ?”
“Sing putih, wis”
“Selawe”‘
“Wik, cik akehe. Lha sing ireng?’”
“Podho…” jare Wonokairun ambek ngarit suket
Bunali takon maneh.
“Mangan sukete yo akeh pisan, Mbah..”
“Yo..”
“Pirang kilo mangane sakdino ?”
“Sing putih opo sing ireng ?”
‘Sing ireng, wis’
“Yo kiro-kiro limang kiloan”
“Lha sing putih?”
“Podho . . .”
( Bunali bingung, laopo lek ditakoni kok kudu
mbedakno sing putih tah ireng, wong jawabane
yo podho ae )
“Mbah, opoko lek tak takoni perkara wedusmu,
sampeyan mesti leren takon sing putih tah
sing ireng barang. Padahal masiyo putih
utawa ireng, jawabanmu podho terus. Sakjane
ngono onok opo?”
“Ngene lho, sing putih iku wehusku…”
“Lha sing ireng ?”
“Podho . . .”
BELAJAR BROMPIT
Wonokairun kepingin ngojek, soale lek mbecak royokan penumpang kalah terus.
Isuk-isuk Wonokairun wis sliwar-sliwer belajar numpak bronpit.
Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat pulisi.
Tibake pulisine ikut Bunali, tonggone dhewe.
"Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne!" jare Bunali.
"Ono nang dompetku" jare Wonokairun.
"Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggak nggowo SIM" jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo SIM.
"Waduh iyo, aku lali nggak nggowo SIM..." jare Wonokairun.
"Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah" jare Bunali.
"Kon ojo athik ngelamak ambek aku lho yo!!!. Sik tas lulus Watukosek ae wis kemenyek atene nilang!! Gak isok!!!" Wonokairun nguamuk.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno gak sidho ditilang.
Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh.
Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat Bunali maneh.
"Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne!" jare Bunali.
"Ono nang dompetku" jare Wonokairun.
"Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggowo STNK" jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo STNK.
"Waduh iyo, aku lali nggak nggowo STNK..." jare Wonokairun.
"Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah, iki wis ping pindho sampeyan pelanggaran" jare Bunali.
"Gak isok!!!! Tak pongor mencelat mbalik nang watukosek kon yo!!!" Wonokairun nguamuk maneh.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno maneh gak sidho ditilang.
Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh, saiki wis wani rodho adhoh.
Bareng mlaku wis oleh 5 km, dhadhak pethuk Bunali maneh.
"Ayo minggir!!!, Aku saiki wis gak lali, STNK, SIM lengkap kuabeh. Iki lho dheloken, helm, jaket ambek sarung tanganku yo anyar kuabeh. Hayo kate lapo kon!!!" jare Wonokairun suombong.
"Yo wis mbah, aku yo gak katene nilang sampeyan, tapi aku mbadhek sampeyan sik ono sing lali maneh " jare Bunali.
"Gak mungkin !! Lali opone...?" Wonokairun bingung,
"Laopo sampeyan mancal becak? Lha bronpite endhi?"
Isuk-isuk Wonokairun wis sliwar-sliwer belajar numpak bronpit.
Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat pulisi.
Tibake pulisine ikut Bunali, tonggone dhewe.
"Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne!" jare Bunali.
"Ono nang dompetku" jare Wonokairun.
"Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggak nggowo SIM" jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo SIM.
"Waduh iyo, aku lali nggak nggowo SIM..." jare Wonokairun.
"Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah" jare Bunali.
"Kon ojo athik ngelamak ambek aku lho yo!!!. Sik tas lulus Watukosek ae wis kemenyek atene nilang!! Gak isok!!!" Wonokairun nguamuk.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno gak sidho ditilang.
Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh.
Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat Bunali maneh.
"Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne!" jare Bunali.
"Ono nang dompetku" jare Wonokairun.
"Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggowo STNK" jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo STNK.
"Waduh iyo, aku lali nggak nggowo STNK..." jare Wonokairun.
"Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah, iki wis ping pindho sampeyan pelanggaran" jare Bunali.
"Gak isok!!!! Tak pongor mencelat mbalik nang watukosek kon yo!!!" Wonokairun nguamuk maneh.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno maneh gak sidho ditilang.
Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh, saiki wis wani rodho adhoh.
Bareng mlaku wis oleh 5 km, dhadhak pethuk Bunali maneh.
"Ayo minggir!!!, Aku saiki wis gak lali, STNK, SIM lengkap kuabeh. Iki lho dheloken, helm, jaket ambek sarung tanganku yo anyar kuabeh. Hayo kate lapo kon!!!" jare Wonokairun suombong.
"Yo wis mbah, aku yo gak katene nilang sampeyan, tapi aku mbadhek sampeyan sik ono sing lali maneh " jare Bunali.
"Gak mungkin !! Lali opone...?" Wonokairun bingung,
"Laopo sampeyan mancal becak? Lha bronpite endhi?"
BUNALI |
NGOPENI GAJAH
Isuk-isuk wong sak bonbin gupuh kuabeh krungu berita ono gajah matek mergo wis tuwek. Masio kulite kisut keriput tapi bobote ono lek 2 ton. Brudin sing biasane dodolan es gronjong nang bon-bin sakno ndelok Mbah Wonokairun nuangis mbrebes mili.
“Wis tah Mbah, gak usah athik mbrebes mili. Aku iso ngrasakno yok opo susahe berpisah ambek gajah sing sampeyan openi pirang puluh taun. Opomaneh umure sampeyan ambek gajah iku yo sak pantaran, mestine akeh kenangan manise yo. Tapi wis gak usah sedih mbah, lak sik ono gajah liyane sing lucu-lucu.” jarene Brudin.
“He cak, aku iki dhudhu pawange gajah !!!! Ngawur ae !!!!” jarene Wonokairun.
“Lho lek sampeyan dhudhu pawange gajah, laopo sampeyan athik nuangis mbrebes mili barang. Sejatine sampeyan iki apane gajah?? koncone opo dulure ??” jarene Brudin.
“Aku iki tukang gali kuburan, isuk-isuk durung sarapan wis dikongkon ngeduk kuburan, tibake kuburane gajah…” Wonokairun nangis maneh.
"Wis mbah ojo nangis maneh, iki lho tak gawekno es gronjong, gratis wis." Jare Brudin.
Mari ngombe rong gelas, Wonokairun wis gak nangis maneh.
"Kon kok apikan nggawekno es gronjong gratis, koyok wong sugih ae." Jare Wonokairun.
"Lho ojo salah mbah, aku iki pancene keturunane wong sugih, dhuwike mbahku iku cukup gawe tujuh turunan." Jare Brudin bangga.
"Gombal !!!, lek pancene kon iku turunane wong sugih, laopo saiki dhodolan es gronjong ??" jare Wonokairun.
"Soale aku keturunan sing ke wolu . . ."
Isuk-isuk wong sak bonbin gupuh kuabeh krungu berita ono gajah matek mergo wis tuwek. Masio kulite kisut keriput tapi bobote ono lek 2 ton. Brudin sing biasane dodolan es gronjong nang bon-bin sakno ndelok Mbah Wonokairun nuangis mbrebes mili.
“Wis tah Mbah, gak usah athik mbrebes mili. Aku iso ngrasakno yok opo susahe berpisah ambek gajah sing sampeyan openi pirang puluh taun. Opomaneh umure sampeyan ambek gajah iku yo sak pantaran, mestine akeh kenangan manise yo. Tapi wis gak usah sedih mbah, lak sik ono gajah liyane sing lucu-lucu.” jarene Brudin.
“He cak, aku iki dhudhu pawange gajah !!!! Ngawur ae !!!!” jarene Wonokairun.
“Lho lek sampeyan dhudhu pawange gajah, laopo sampeyan athik nuangis mbrebes mili barang. Sejatine sampeyan iki apane gajah?? koncone opo dulure ??” jarene Brudin.
“Aku iki tukang gali kuburan, isuk-isuk durung sarapan wis dikongkon ngeduk kuburan, tibake kuburane gajah…” Wonokairun nangis maneh.
"Wis mbah ojo nangis maneh, iki lho tak gawekno es gronjong, gratis wis." Jare Brudin.
Mari ngombe rong gelas, Wonokairun wis gak nangis maneh.
"Kon kok apikan nggawekno es gronjong gratis, koyok wong sugih ae." Jare Wonokairun.
"Lho ojo salah mbah, aku iki pancene keturunane wong sugih, dhuwike mbahku iku cukup gawe tujuh turunan." Jare Brudin bangga.
"Gombal !!!, lek pancene kon iku turunane wong sugih, laopo saiki dhodolan es gronjong ??" jare Wonokairun.
"Soale aku keturunan sing ke wolu . . ."
BANGGA
Wonokairun lagi mbambung ngemis nang ngarepe TP, dhadhak Bunali teko katene ngemis pisan.
“Sampeyan wis suwi tah ngemis nang kene ? Yok opo wis oleh akeh tah ?” takok Bunali.
“Yo lumayan se, sak dino paling sithik aku oleh seket ewu.” jare Wonokairun.
“Wah yo lumayan yo, tenguk-tenguk oleh seket ewu. Eh Mbah, sampeyan gak nduwe anak tah, kok sampek kudhu ngemis koyok ngene ?” takok Bunali.
“Anakku wolu wis gedhe-gedhe, telu nang ITS, loro nang Unair, siji nang Unbra, loro maneh nang IKIP. ” jarene Wonokairun bangga.
“Wah gak nyongko rek, hebat sampeyan mbah. Durung ono sing lulus tah anak sampeyan?” takok Bunali.
“Anakku gak ono kuliah cak !” jare Wonokairun.
“Ooh dadi dosen tah??” takok Bunali.
“Salah peno cak.” jare Wonokairun.
“Lha laopo lo ??” takok Bunali.
“Yo koyok bapake iki, ngemis kabeh…”
Wonokairun lagi mbambung ngemis nang ngarepe TP, dhadhak Bunali teko katene ngemis pisan.
“Sampeyan wis suwi tah ngemis nang kene ? Yok opo wis oleh akeh tah ?” takok Bunali.
“Yo lumayan se, sak dino paling sithik aku oleh seket ewu.” jare Wonokairun.
“Wah yo lumayan yo, tenguk-tenguk oleh seket ewu. Eh Mbah, sampeyan gak nduwe anak tah, kok sampek kudhu ngemis koyok ngene ?” takok Bunali.
“Anakku wolu wis gedhe-gedhe, telu nang ITS, loro nang Unair, siji nang Unbra, loro maneh nang IKIP. ” jarene Wonokairun bangga.
“Wah gak nyongko rek, hebat sampeyan mbah. Durung ono sing lulus tah anak sampeyan?” takok Bunali.
“Anakku gak ono kuliah cak !” jare Wonokairun.
“Ooh dadi dosen tah??” takok Bunali.
“Salah peno cak.” jare Wonokairun.
“Lha laopo lo ??” takok Bunali.
“Yo koyok bapake iki, ngemis kabeh…”
BENGKERENGAN
Brudin pethuk Wonokairun kate budhal nang sawah.
“Laopo isuk-isuk kok wis mlaku ambek bedhes lungset kumus-kumus ?” jarene Brudin.
“Ooo pancene picek, sing tak tuntun iki jenenge wedhus dhudhuk bedhes !!” jare Wonokairun.
“Lho aku gak takok peno!!. Aku pancene takok nang wedhuse.” jare Brudin. Ooo awas kon yo !! pikire Wonoklairun nggondhok.
Mulih seko sawah, arek loro pethukan maneh. Moro-moro Wonokairun ngentut mak dut !!. Brudin muring-muring.
“Damput, pancene dobol. Ngentut sembarangan” Brudin meh nggeblak gak kuat ambune.
“Saiki kon tak takoni, ngentut iku apik opo elek ?” jare Wonokairun.
“Yo mestine elek mbah..” jarene Brudin.
“Lha mulakno tak buak” jarene Wonokairun.
“Lek misale tak jawab ngentut iku apik, terus opoko ?” takok Brudin.
“Lha mulakno kon tak ke’i….”
Brudin pethuk Wonokairun kate budhal nang sawah.
“Laopo isuk-isuk kok wis mlaku ambek bedhes lungset kumus-kumus ?” jarene Brudin.
“Ooo pancene picek, sing tak tuntun iki jenenge wedhus dhudhuk bedhes !!” jare Wonokairun.
“Lho aku gak takok peno!!. Aku pancene takok nang wedhuse.” jare Brudin. Ooo awas kon yo !! pikire Wonoklairun nggondhok.
Mulih seko sawah, arek loro pethukan maneh. Moro-moro Wonokairun ngentut mak dut !!. Brudin muring-muring.
“Damput, pancene dobol. Ngentut sembarangan” Brudin meh nggeblak gak kuat ambune.
“Saiki kon tak takoni, ngentut iku apik opo elek ?” jare Wonokairun.
“Yo mestine elek mbah..” jarene Brudin.
“Lha mulakno tak buak” jarene Wonokairun.
“Lek misale tak jawab ngentut iku apik, terus opoko ?” takok Brudin.
“Lha mulakno kon tak ke’i….”
JAKETAN
Isuk-isuk Wonokairun pethukan ambek Brudin budhal kerjo.
“Wuik gaya rek . .saiki areke jaketan rek.” jare Wonokairun.
“Iyo mbah, saiki aku kerjo nang nggon adem” jare Brudin.
“Ketrimo nang kantor endhi Din?” jare Wonokairun.
“Aku gak kerjo nang kantor mbah.” jare Brudin.
“Nang endhi lho??” takok Wonokairun.
“Nang pabrik es batu . .”
MBECAK
Bosen ngemis, saiki Wonokairun mbecak. Be’e hasile luwih akeh pikire. Pas mancal ambek tingak-tinguk golek penumpang, moro-moro ono turis bule nyeluk.
“Come …please . . .” jarene bule ambek ngawe becake Wonokairun.
“Kamplis… ??? . . .wah salah, sing bener iku Klampis mister..cedhake jalan Mletho kono lho . . .” jare Wonokairun.
“Pardon me..??” bulene bingung.
“Parmi ..?? oalah Parmi tah ? iyo weruh aku omahe.” jare Wonokairun ambek ngguya ngguyu.
“What ??!!” bulene sik bingung.
“Kuat ??? . ..yo kuat rek, masio wis tuwek tapi sik tahes iki . .” jare Wonokairun ambek mantuk mantuk.
“Lets go !! . .” jarene bule mantuk-mantuk pisan.
“Pekgo !! . .wok kemalan rek !! wong ngomong limang ewu ae athik boso mandarin barang. Oke Mister !!” jare Wonokairun.
Mari bulene munggah, Wonokairun langsung nyengklak becake. Bareng wis mlebu Klampis gang buntu, Wonokairun langsung bengok-bengok. “Diiinnn !!! Bruuuudiinnnn !!!! Ono wong bule nggoleki bojomuuuuu .!!!!”
STASIUN
Wonokairun teko nang stasiun Gubeng, pethukan ambek Brudin dhodholan es.
“Din, sepur nang jakarta wis liwat tah?” takok Wonokairun.
“Wah telat sampeyan mbah, wis budhal jam pitu mau . .” jare Brudin.
“Lek sepur nang banyuwangi wis liwat tah durung ..? takok Wonokairun.
“Lho sik tas ae Mbah, kiro-kiro sepulung menit kepungkur . .” jare Brudin.
“Lek sepur sing nang semarang wis liwat tah durung . .?” takok Wonokairun.
“Oooh lek iku mengko awan jam rolas budhale. Sik tah Mbah, ben sepur sampeyan takokno !! Sampeyan iku sakjane arep nang endhi ? ” Brudin bingung.
“Arep nyabrang . .”
NJABUT UNTU
Isuk-isuk Wonokairun pethukan ambek Brudin budhal kerjo.
“Wuik gaya rek . .saiki areke jaketan rek.” jare Wonokairun.
“Iyo mbah, saiki aku kerjo nang nggon adem” jare Brudin.
“Ketrimo nang kantor endhi Din?” jare Wonokairun.
“Aku gak kerjo nang kantor mbah.” jare Brudin.
“Nang endhi lho??” takok Wonokairun.
“Nang pabrik es batu . .”
MBECAK
Bosen ngemis, saiki Wonokairun mbecak. Be’e hasile luwih akeh pikire. Pas mancal ambek tingak-tinguk golek penumpang, moro-moro ono turis bule nyeluk.
“Come …please . . .” jarene bule ambek ngawe becake Wonokairun.
“Kamplis… ??? . . .wah salah, sing bener iku Klampis mister..cedhake jalan Mletho kono lho . . .” jare Wonokairun.
“Pardon me..??” bulene bingung.
“Parmi ..?? oalah Parmi tah ? iyo weruh aku omahe.” jare Wonokairun ambek ngguya ngguyu.
“What ??!!” bulene sik bingung.
“Kuat ??? . ..yo kuat rek, masio wis tuwek tapi sik tahes iki . .” jare Wonokairun ambek mantuk mantuk.
“Lets go !! . .” jarene bule mantuk-mantuk pisan.
“Pekgo !! . .wok kemalan rek !! wong ngomong limang ewu ae athik boso mandarin barang. Oke Mister !!” jare Wonokairun.
Mari bulene munggah, Wonokairun langsung nyengklak becake. Bareng wis mlebu Klampis gang buntu, Wonokairun langsung bengok-bengok. “Diiinnn !!! Bruuuudiinnnn !!!! Ono wong bule nggoleki bojomuuuuu .!!!!”
STASIUN
Wonokairun teko nang stasiun Gubeng, pethukan ambek Brudin dhodholan es.
“Din, sepur nang jakarta wis liwat tah?” takok Wonokairun.
“Wah telat sampeyan mbah, wis budhal jam pitu mau . .” jare Brudin.
“Lek sepur nang banyuwangi wis liwat tah durung ..? takok Wonokairun.
“Lho sik tas ae Mbah, kiro-kiro sepulung menit kepungkur . .” jare Brudin.
“Lek sepur sing nang semarang wis liwat tah durung . .?” takok Wonokairun.
“Oooh lek iku mengko awan jam rolas budhale. Sik tah Mbah, ben sepur sampeyan takokno !! Sampeyan iku sakjane arep nang endhi ? ” Brudin bingung.
“Arep nyabrang . .”
NJABUT UNTU
Wonokairun loro untu lungo nang dokter gigi konco lawase jenenge Bunali.
“Waduh mbah, untu sampeyan kudhu dicabut . .” jare Bunali.
“Yo wis jabuten ae ben ndang waras ” jare Wonokairun.
Mari dijabut Bunali takok “Wis gak loro maneh mbah ?”
“Iyo wis enak saiki, piro ongkose dok ?” Wonokairun takok.
“Wis gak usah mbayar mbah, gratis ae ” jare Bunali.
“Waduh suwun suwun, . . tak dungakno sampeyan mlebu suargo” jare Wonokairun.
Pas nang omah Wonokairun ngoco, langsung nggeblak semaput.
Tibake sing dijabut iku untu emase.
“Waduh mbah, untu sampeyan kudhu dicabut . .” jare Bunali.
“Yo wis jabuten ae ben ndang waras ” jare Wonokairun.
Mari dijabut Bunali takok “Wis gak loro maneh mbah ?”
“Iyo wis enak saiki, piro ongkose dok ?” Wonokairun takok.
“Wis gak usah mbayar mbah, gratis ae ” jare Bunali.
“Waduh suwun suwun, . . tak dungakno sampeyan mlebu suargo” jare Wonokairun.
Pas nang omah Wonokairun ngoco, langsung nggeblak semaput.
Tibake sing dijabut iku untu emase.
MBAH WONOKAIRUN |
DHUWIK SEWU
Wonokairun mbecak mulai isuk sampek awan gak oleh penumpang. Dhuwike kari sewu tapi kerongkongane ketelak pol.
Moro-moro Brudin lewat nyurung rombong es gronjong. “Din, dhuwikku mek sewu, iso gawe tuku es tah ?” jare Wonokairun.
“Iso mbah, tapi es batu thok gathik setrup.” jare Brudin. Medhite rek pikire Wonokairun, uawas kon yo..
Sisuke Wonokairun pethukan ambek Brudin mulih pasar mari kulakan. “Mbah, dhuwikku kari sewu, iso gawe numpak becak tah ?” takok Brudin.”Iso Din, tapi tak pancal thok gathik ngerem…”
BON BIN
Wonokairun sir-siran nang Bon Bin, dhadhak pethukan maneh ambek Brudin dhodholan es gronjong.
“Coca cola loro Cak !” jare Wonokairun.
“Aku gak ndhuwe Coca Cola Mbah, modalku cilik, durung cukup gae kulak coca cola. Es gronjong ae yo, tak jamin sueger Mbah” jare Brudin. “Aku ngomong ambek wong sing ndhuwe rombong nang mburimu.” jare Wonokairun. Oooh uawas kon yo, Brudin nggondhok.
Mari muter-muter dhodholan es gronjong, Brudin pethukan maneh ambek Wonokairun lagi guyon ambek gendhakane.
“Oo !! Pancene gak nggenah !!! Wingi anake dhewe disikat, saiki bojone koncone arep disikat pisan. Wis tuwek petakilan ” jare Brudin.
“He !! Kon lek ngomong ojok sembarangan lho yo !!! Tak suantap lambemu !!! Sing wingi nyikat anake dhewe iku lho sopo !!!. Iki yo dhudhuk bojone koncoku, arek iki wis rondo, sak umur-umur gak tau ndelok bon bin, mulakno tak jak nglencer !!” Wonokairun mencak-mencak gak trimo.Begitu krungu wong loro iku gegeren, arek wedhok gendhakane Wonokairun langsung ngilang minggat.
“Aku ngomong ambek bedhes tuwek nang mburimu . .” jare Brudin.
CEGATAN
Wonokairun kepingin ngojek, soale lek mbecak royokan penumpang kalah terus. Isuk-isuk Wonokairun wis sliwar-sliwer belajar numpak bronpit. Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat pulisi. Tibake pulisine ikut Bunali, tonggone dhewe.
“Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne ! ” jare Bunali.
“Ono nang dompetku” jare Wonokairun.
“Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggak nggowo SIM” jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo SIM.
“Waduh iyo, aku lali nggak nggowo SIM . .” jare Wonokairun.
“Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah” jare Bunali.
“Kon ojo athik ngelamak ambek aku lho yo !!!. Sik tas lulus Watukosek ae wis kemenyek atene nilang !! Gak isok !!!” Wonokairun nguamuk.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno gak sidho ditilang.
Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh.Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat Bunali maneh.
“Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne ! ” jare Bunali.
“Ono nang dompetku” jare Wonokairun.
“Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggowo STNK” jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo STNK.
“Waduh iyo, aku lali nggak nggowo STNK . .” jare Wonokairun.
“Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah, iki wis ping pindho sampeyan pelanggaran” jare Bunali.
“Gak isok !!!! Tak pongor mencelat mbalik nang watukosek kon yo !!! ” Wonokairun nguamuk maneh.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno maneh gak sidho ditilang. Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh, saiki wis wani rodho adhoh. Bareng mlaku wis oleh 5 km, dhadhak pethuk Bunali maneh.
“Ayo minggir !!!, Aku saiki wis gak lali, STNK, SIM lengkap kuabeh. Iki lho dheloken, helm, jaket ambek sarung tanganku yo anyar kuabeh. Hayo kate lapo kon !!! ” jare Wonokairun suombong.
“Yo wis mbah, aku yo gak katene nilang sampeyan, tapi aku mbadhek sampeyan sik ono sing lali maneh ” jare Bunali.
“Gak mungkin !! Lali opone . .?” Wonokairun bingung,
“Laopo sampeyan mancal becak ? Lha bronpite endhi ?”
PERMEN KARET
Wonokairun lagi mondar-mandir nang stadion tambaksari molak-malik kursi penonton. Ketepakan stadione lagi sepi gak ono pertandingan.
Lagek oleh limang baris, dhadhak pethukan ambek Brudin sing lagi serabutan ngeresiki stadion.
“He Mbah, laopo ben kursi kon inceng sithok-sithok” jare Brudin.
“Wingi sore aku nontok bal-balan ambek mangan permen karet terus tak templekno nang ngisore kursi. Cuma masalahe aku lali wingi longgone nang endhi, mulakno aku kepekso merikso kuabeh kursi sithok-sithok, lek ono permen karete langsung tak jabut. Dheloken iki, aku wis oleh sak kresek.” jare Wonokairun.
“Waduh terharu aku mbah, pancene sampeyan iku pantes diconto. Umpomo wong kuabeh ndhuwe kesadaran tanggung jawab koyo sampeyan, wah enak tugasku.” jarene Brudin.
“He Din, niatku iku dhudhuk arep ngewangi awakmu. Kok nyimut !!!” jare Wonokairun.
“Arep laopo lho …?” jare Brudin bingung.
“Untu emasku coplok ceket nang permen karete . . “
BIS KOTA
Brudin numpak bis kota Joyoboyo Pasarturi, penumpange uakeh dhesek-dhesekan. Sampek daerah pasar kembang Wonokairun munggah.”Lho mbah, jange nang endhi ?” Brudin nyopo.
“Nang pasar turi jange tuku klambi.” jare Wonokairun.
“Longgo kene lho mbah” Brudin ngadhek ambek nawakno kursine nang Wonokairun.
“Wis gak usah !! Kon longgo ae !!.” jare Wonokairun.
Brudin wis kadung ngadhek malih longgo maneh.
“Longgo kene lho mbah” Brudin ngadhek maneh nawakno kursine.
“Wis gak usah !! Kon longgo ae !!.” jare Wonokairun.
Brudin wis kadung ngadhek malih longgo maneh.
“Longgo kene lho mbah” Brudin ngadhek pisan maneh nawakno kursine.
Wonokairun mulai nesu bolak-balik ditawari longgo.
“Wis tak warah kon longgo ae !!. Tak akoni kon pancen apikan tapi masio wis tuwek awakku sik kuat ngadhek !!” jare Wonokairun.
Brudin nesu pisan.
“Mbah, aku nawakno longgo iku dhudhuk mergo apikan. Aku iki jange mudhun, tapi bolak-balik sampeyan kongkon longgo maneh. Saiki selak omahku kebablasen…”
NGENYANG PITHIK
Wonokairun ganti haluan maneh saiki dhodholan pithik nang pasar ngelom. Brudin teko jange tuku pithik digawe tumpengan slametan.
“Mbah aku jange tuku pithik meduro, ono tah?” jare Brudin.
“Iki lho sing wulune abang. .” jare Wonokairun.
Mari ngono ambek Brudin pithike diangkat sampek njengking terus dibukak bokonge.Pithike girap-girap sampek wulune brodhol, Wonokairun nggondhok ndelok pithike diobok-obok bokonge. “Wah dhudhuk iki mbah, iki tibake pithik njombang . .” jare Brudin ambek mbalekno pithike.
“Cobak sing putih iki . .” jare Wonokairun ambek nawakno pithik putih. Mari ngono Brudin merikso maneh bokonge pithike. Pithike girap-girap sampek wulune brodhol, Wonokairun tambah mbedhodhok ndelok pithike diobok-obok bokonge.”Wah dhudhuk iki mbah, iki tibake pithik solo .” jare Brudin.
Wonokairun nawakno maneh pithik klawu, tapi tetep gak cocok, tiwas brodhol kuabeh.”Kon iku jange tuku utowo mek kepingin dulinan bokonge pithik !!!” Wonokairun wis gak iso nahan emosi.
“Iyo mbah, aku pingin tuku pithik sampeyan tapi durung ketemu sing pithik meduro . .” jare Brudin.
“Iki lho pithikku sing kari dhewe .” jare Wonokairun ambek nawakno pithik ireng.
Mari merikso bokonge pithik ireng Brudin puas.”Lha yo iki pithik meduro .Piro regone mbah ? jare Brudin.
“Satus ewu !!!” jare Wonokairun ambek ngamuk padahal biasane regone mek rong puluh ewu.Brudin wis gak wani ngenyang blas, langsung dibayar satus ewu.
“Mbah, sampeyan kok ngamukan se ?? Sakjane sampeyan asline wong endhi ?” jare Brudin. "Aku asli wong jerman !!” jare Wonokairun.
“Wok ! Rupamu mbah, gak mungkin !” jare Brudin.
“Lek gak percoyo dheloken dhewe . .” jare Wonokairun ngangkat bokonge.
Wonokairun mbecak mulai isuk sampek awan gak oleh penumpang. Dhuwike kari sewu tapi kerongkongane ketelak pol.
Moro-moro Brudin lewat nyurung rombong es gronjong. “Din, dhuwikku mek sewu, iso gawe tuku es tah ?” jare Wonokairun.
“Iso mbah, tapi es batu thok gathik setrup.” jare Brudin. Medhite rek pikire Wonokairun, uawas kon yo..
Sisuke Wonokairun pethukan ambek Brudin mulih pasar mari kulakan. “Mbah, dhuwikku kari sewu, iso gawe numpak becak tah ?” takok Brudin.”Iso Din, tapi tak pancal thok gathik ngerem…”
BON BIN
Wonokairun sir-siran nang Bon Bin, dhadhak pethukan maneh ambek Brudin dhodholan es gronjong.
“Coca cola loro Cak !” jare Wonokairun.
“Aku gak ndhuwe Coca Cola Mbah, modalku cilik, durung cukup gae kulak coca cola. Es gronjong ae yo, tak jamin sueger Mbah” jare Brudin. “Aku ngomong ambek wong sing ndhuwe rombong nang mburimu.” jare Wonokairun. Oooh uawas kon yo, Brudin nggondhok.
Mari muter-muter dhodholan es gronjong, Brudin pethukan maneh ambek Wonokairun lagi guyon ambek gendhakane.
“Oo !! Pancene gak nggenah !!! Wingi anake dhewe disikat, saiki bojone koncone arep disikat pisan. Wis tuwek petakilan ” jare Brudin.
“He !! Kon lek ngomong ojok sembarangan lho yo !!! Tak suantap lambemu !!! Sing wingi nyikat anake dhewe iku lho sopo !!!. Iki yo dhudhuk bojone koncoku, arek iki wis rondo, sak umur-umur gak tau ndelok bon bin, mulakno tak jak nglencer !!” Wonokairun mencak-mencak gak trimo.Begitu krungu wong loro iku gegeren, arek wedhok gendhakane Wonokairun langsung ngilang minggat.
“Aku ngomong ambek bedhes tuwek nang mburimu . .” jare Brudin.
CEGATAN
Wonokairun kepingin ngojek, soale lek mbecak royokan penumpang kalah terus. Isuk-isuk Wonokairun wis sliwar-sliwer belajar numpak bronpit. Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat pulisi. Tibake pulisine ikut Bunali, tonggone dhewe.
“Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne ! ” jare Bunali.
“Ono nang dompetku” jare Wonokairun.
“Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggak nggowo SIM” jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo SIM.
“Waduh iyo, aku lali nggak nggowo SIM . .” jare Wonokairun.
“Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah” jare Bunali.
“Kon ojo athik ngelamak ambek aku lho yo !!!. Sik tas lulus Watukosek ae wis kemenyek atene nilang !! Gak isok !!!” Wonokairun nguamuk.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno gak sidho ditilang.
Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh.Lagek mlaku sedhiluk, dhadhak wis dicegat Bunali maneh.
“Mbah, tulung ndelok SIM ambek STNKne ! ” jare Bunali.
“Ono nang dompetku” jare Wonokairun.
“Lek aku mbadhek, sampeyan mesti lali nggowo STNK” jare Bunali.
Mari buka dompet ambek rogoh-rogoh kesak, tibake temenan Wonokairun lalu nggak nggowo STNK.
“Waduh iyo, aku lali nggak nggowo STNK . .” jare Wonokairun.
“Lek ngono sampeyan kudhu tak tilang Mbah, iki wis ping pindho sampeyan pelanggaran” jare Bunali.
“Gak isok !!!! Tak pongor mencelat mbalik nang watukosek kon yo !!! ” Wonokairun nguamuk maneh.
Timbangane gegeran, akhire Bunali ngalah, Wonokairun diculno maneh gak sidho ditilang. Sisuke Wonokairun belajar bronpit maneh, saiki wis wani rodho adhoh. Bareng mlaku wis oleh 5 km, dhadhak pethuk Bunali maneh.
“Ayo minggir !!!, Aku saiki wis gak lali, STNK, SIM lengkap kuabeh. Iki lho dheloken, helm, jaket ambek sarung tanganku yo anyar kuabeh. Hayo kate lapo kon !!! ” jare Wonokairun suombong.
“Yo wis mbah, aku yo gak katene nilang sampeyan, tapi aku mbadhek sampeyan sik ono sing lali maneh ” jare Bunali.
“Gak mungkin !! Lali opone . .?” Wonokairun bingung,
“Laopo sampeyan mancal becak ? Lha bronpite endhi ?”
PERMEN KARET
Wonokairun lagi mondar-mandir nang stadion tambaksari molak-malik kursi penonton. Ketepakan stadione lagi sepi gak ono pertandingan.
Lagek oleh limang baris, dhadhak pethukan ambek Brudin sing lagi serabutan ngeresiki stadion.
“He Mbah, laopo ben kursi kon inceng sithok-sithok” jare Brudin.
“Wingi sore aku nontok bal-balan ambek mangan permen karet terus tak templekno nang ngisore kursi. Cuma masalahe aku lali wingi longgone nang endhi, mulakno aku kepekso merikso kuabeh kursi sithok-sithok, lek ono permen karete langsung tak jabut. Dheloken iki, aku wis oleh sak kresek.” jare Wonokairun.
“Waduh terharu aku mbah, pancene sampeyan iku pantes diconto. Umpomo wong kuabeh ndhuwe kesadaran tanggung jawab koyo sampeyan, wah enak tugasku.” jarene Brudin.
“He Din, niatku iku dhudhuk arep ngewangi awakmu. Kok nyimut !!!” jare Wonokairun.
“Arep laopo lho …?” jare Brudin bingung.
“Untu emasku coplok ceket nang permen karete . . “
BIS KOTA
Brudin numpak bis kota Joyoboyo Pasarturi, penumpange uakeh dhesek-dhesekan. Sampek daerah pasar kembang Wonokairun munggah.”Lho mbah, jange nang endhi ?” Brudin nyopo.
“Nang pasar turi jange tuku klambi.” jare Wonokairun.
“Longgo kene lho mbah” Brudin ngadhek ambek nawakno kursine nang Wonokairun.
“Wis gak usah !! Kon longgo ae !!.” jare Wonokairun.
Brudin wis kadung ngadhek malih longgo maneh.
“Longgo kene lho mbah” Brudin ngadhek maneh nawakno kursine.
“Wis gak usah !! Kon longgo ae !!.” jare Wonokairun.
Brudin wis kadung ngadhek malih longgo maneh.
“Longgo kene lho mbah” Brudin ngadhek pisan maneh nawakno kursine.
Wonokairun mulai nesu bolak-balik ditawari longgo.
“Wis tak warah kon longgo ae !!. Tak akoni kon pancen apikan tapi masio wis tuwek awakku sik kuat ngadhek !!” jare Wonokairun.
Brudin nesu pisan.
“Mbah, aku nawakno longgo iku dhudhuk mergo apikan. Aku iki jange mudhun, tapi bolak-balik sampeyan kongkon longgo maneh. Saiki selak omahku kebablasen…”
NGENYANG PITHIK
Wonokairun ganti haluan maneh saiki dhodholan pithik nang pasar ngelom. Brudin teko jange tuku pithik digawe tumpengan slametan.
“Mbah aku jange tuku pithik meduro, ono tah?” jare Brudin.
“Iki lho sing wulune abang. .” jare Wonokairun.
Mari ngono ambek Brudin pithike diangkat sampek njengking terus dibukak bokonge.Pithike girap-girap sampek wulune brodhol, Wonokairun nggondhok ndelok pithike diobok-obok bokonge. “Wah dhudhuk iki mbah, iki tibake pithik njombang . .” jare Brudin ambek mbalekno pithike.
“Cobak sing putih iki . .” jare Wonokairun ambek nawakno pithik putih. Mari ngono Brudin merikso maneh bokonge pithike. Pithike girap-girap sampek wulune brodhol, Wonokairun tambah mbedhodhok ndelok pithike diobok-obok bokonge.”Wah dhudhuk iki mbah, iki tibake pithik solo .” jare Brudin.
Wonokairun nawakno maneh pithik klawu, tapi tetep gak cocok, tiwas brodhol kuabeh.”Kon iku jange tuku utowo mek kepingin dulinan bokonge pithik !!!” Wonokairun wis gak iso nahan emosi.
“Iyo mbah, aku pingin tuku pithik sampeyan tapi durung ketemu sing pithik meduro . .” jare Brudin.
“Iki lho pithikku sing kari dhewe .” jare Wonokairun ambek nawakno pithik ireng.
Mari merikso bokonge pithik ireng Brudin puas.”Lha yo iki pithik meduro .Piro regone mbah ? jare Brudin.
“Satus ewu !!!” jare Wonokairun ambek ngamuk padahal biasane regone mek rong puluh ewu.Brudin wis gak wani ngenyang blas, langsung dibayar satus ewu.
“Mbah, sampeyan kok ngamukan se ?? Sakjane sampeyan asline wong endhi ?” jare Brudin. "Aku asli wong jerman !!” jare Wonokairun.
“Wok ! Rupamu mbah, gak mungkin !” jare Brudin.
“Lek gak percoyo dheloken dhewe . .” jare Wonokairun ngangkat bokonge.
TULISANE AREK AREK - PART 2
WONOKAIRUN STORY
dokter Bunali.
“Ngene lho dok, umurku iki wis 80 lha bojoku iki wis kewut pisan umure 75.
Aku pingin takok opo sik oleh tah aku ambek bojoku iki main koyok manten
anyar ?” takok Wonokairun ambek isin-isin.
“Lho lek sampeyan gak onok penyakit yo aman-aman ae. ” jare doktere.
“Wah tepak lek ngono, cumak cik tambah mantep, tulung aku ambek bojoku
diperikso. Lha terus mumpung ndhik kene, aku tak main ambek bojoku nang
kamar praktek sampeyan. Tulung dipantau mbok menowo onok opo-opo.” Jare
Wonokairun.
Batine Bunali, sak umur-umur lagek iki ono pasien njaluk sing aneh koyok
ngene. Tapi wong jenenge dokter akhire panjaluke Wonokairun dituruti, mari
jantunge diperikso, wong loro iku main tutupan layar. Lha Bunali ngenteni
jogo-jogo lek misale wong loro iku gak kuat terus jantungen.
Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.
“Yok opo dok, aman ae tah?” takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik
kuat. “Wis mbah, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir.”
“Suwun dok. Piro ongkose ?” takok Wonokairun.
“Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat.” Jare Bunali.
Mari ngono arek loro iku pamitan mulih.
Seminggu maneh, wong loro iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok
seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau
pas main.
Bunali yo nuruti ae wong pancen tugase sebagai dokter.
Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.
“Yok opo dok, aman ae tah?” takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik
kuat. “Lak wis tak kandani, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir.”
“Suwun dok. Piro ongkose ?” takok Wonokairun.
“Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat.” Jare Bunali.
Mari ngono arek loro iku pamitan mulih.
Seminggu maneh, wong loro iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok
seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau pas main.
Bunali wis mulai ngersulo, tapi yo sik dituruti.
Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.
“Yok opo dok, aman ae tah?” takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik
kuat. “Koyok minggu wingi, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir.”
“Suwun dok. Piro ongkose ?” takok Wonokairun.
“Sik tah mbah, aku katene takok. Sampeyan lak wis tak kandani lek sampeyan iku sehat, laopo bolak-balik teko rene ngongkon aku mentelengi sampeyan main. Masio elek, aku iki dokter rek !!, dhudhuk wasit smack down.” Bunali mulai purik.
“Ngene lho dok, aku iki wis muteri sak Suroboyo, Mbenjeng, Balungbendo, Ndhiwek sampek Peterongan. Gak onok sewa kamar sing ngisore sepuluh ewu .”
WONOKAIRUN |
Wonokairun Kerah Mbek Bu Nali
Humor Cerpen ini terbatas untuk anggota Group CahAndong
Sapi apa yang bisa nempel di dinding, Run?" begitu Bu Nali berteka-teki di sebuah pagi kepada tetangganya Wonokairun. Yang ditanya bengong, tanda kurang paham.
sapi-sapi di dinding, buuuuuuuuk, " jawab Kenyung, teman Wonokairun, mantap bin pede.
Woooo ... gemblung. Bukan sampean yang ditanya kok melu njawab," cetus Bu Nali dengan kesal. Bibirnya manyun tanda hatinya kesal. Wonokairun terkekeh.
Sambil menghabiskan kekehannya, Wonokairun berusaha memutar otaknya yang sudah lama tak berpelumas.
Gitu saja kok nanya to Bu. Itu Sapiderman Bu. Jawab Wonokairun santai bersahaja.
Bu Nali gelagapan. Sejak kapan si Run ponakannya sepintar itu. "Salah Run! Coba tebak lagi!" jawab bu Nali sambil mikir-mikir jawaban cadangan yang bagus.
"Pasti Run banyak bergaul dengan Hermioning yang pintar itu!" pikir Bu Nali.
"ah si ibuk ini ngelesnya basi banget seh, Saya tau kok klo jawaban saya bener. Main tebakannya jangan curang gitu donks buk, mending kasih tebakan lagi aja", kairun tak mau kalah.
Boleh aja ngasih tebakan lagi, tapi Kenyung ndak boleh ikut njawab. Kalau ikut-ikut nanti saya gampar," jawab Bu Nali tak kalah galak.
Kenyung melotot, dia tak sudi digampar wanita. Dia lebih suka digampar waria.
Tapi, mana berani dia berhadapan dengan Bu Nali. Selain kalah besar, Bu Nali itu mantan pegulat. Dia pernah meraih medali emas PON dalam cabang gulat bebas.
Oke, tebak ya? Tapi Kenyung ndak boleh ikut. Di tengah-tengah pasar ada apanya?".
da keramaian".
"Ada preman!" jawab Yu Tumin yang ikutan nimbrung.
Bu Nali tertawa mendengarnya.
"Ada Es nya," ujar Kairun. Maksudnya es lilin favoritnya itu.
Bu Nali gelagapan lagi.
Keringat dingin mengalir dari dahinya.
Mulutnya pun seakan terkunci. tak dapat berkata-kata.
Dia mikir tebakan apa lagi yang sudah ditebak.
"Tambah pinter kamu run. Tapi kmu blom pinter klo blum jawab tebakan yang ini, Mengapa Ayam jantan tidak punya tangan?", bu nali sangat pede dengan pertanyaan nya kali ini.
"Wah angel iki," komentar Yu Tumin.
"Jelas Angel donks .. Belum pernah ada sejarah nya tebakanku ini berhasil kejawab", Bu nali semakin bangga.
"Aku pass wae Yu!" ujar Yu Tumin terkekeh.
"Kowe piye run, Nyerah ra", bu nali mesam mesem ke arah kairun.
Kairun cuek. Ngapain mikir tebakan, begitu batin Kairun.
Menurut Kairun, mungkin lebih asik kalo dia mencuci kucingnya.
Kairun pun lalu mencari kucing betinanya yang diberi nama Swiwi.
TAMUNE WONOKAIRUN
Sore-sore onok cewek SPG teko nawakno panci nang omahe Wonokairun.
"Kulo nuwun. " jare cewek iku ambek nyepot sandal.
"Oo monggo, monggo pinarak. "jare Wonokairun.
"Nuwun sewu pak, ibu wonten Pak ?" takok ceweke.
"Waduh bojoku gak ndhik omah ndhuk " jare Wonokairun.
"Yen ngoten, kulo ngerantos mawon " jare ceweke maneh.
"Lho monggo. anggepen koyok omahe dhewe yo ndhuk " jare Wonokairun ambek ngejak cewek iku mau mlebu ruang tamu.
Mari ngono tamune ditinggal andhokan / ngetren dhoro.
Kiro-kiro oleh rong jam Wonokairun mulih, tibake cewek iku sik lungguh nang ruang tamu. Ketokane cewek iku wis kuesel ngenteni kudhu ngamuk ae.
"Ibu teng pundhi to Pak ?" takok cewek SPG iku.
"Bojoku lungo nang kuburan ndhuk" jare Wonokairun.
"Jam pinten mangke kundure ?" takok cewek iku maneh.
"Waduh gak weruh aku ndhuk. Wis onok limolas taun durung tau mulih "
"Kulo nuwun. " jare cewek iku ambek nyepot sandal.
"Oo monggo, monggo pinarak. "jare Wonokairun.
"Nuwun sewu pak, ibu wonten Pak ?" takok ceweke.
"Waduh bojoku gak ndhik omah ndhuk " jare Wonokairun.
"Yen ngoten, kulo ngerantos mawon " jare ceweke maneh.
"Lho monggo. anggepen koyok omahe dhewe yo ndhuk " jare Wonokairun ambek ngejak cewek iku mau mlebu ruang tamu.
Mari ngono tamune ditinggal andhokan / ngetren dhoro.
Kiro-kiro oleh rong jam Wonokairun mulih, tibake cewek iku sik lungguh nang ruang tamu. Ketokane cewek iku wis kuesel ngenteni kudhu ngamuk ae.
"Ibu teng pundhi to Pak ?" takok cewek SPG iku.
"Bojoku lungo nang kuburan ndhuk" jare Wonokairun.
"Jam pinten mangke kundure ?" takok cewek iku maneh.
"Waduh gak weruh aku ndhuk. Wis onok limolas taun durung tau mulih "
WONOKAIRUN |
LUDRUK
Wonokairun lagi susah atine, mergo dipecat seko ludruk panggone golek
> mangan.
> Alasane Wonokairun iku wis tuwek, lek manggung bolak-balik lali lakone.
>
> Mari muteri grup ludruk sak Suroboyo, akhire onok grup ludruk Cap Simbah
> Ndhodhok pimpinan cak Bunali sing gelem nompo Wonokairun.
> Cumak ambek Bunali, Wonokairun diancam lek sampek lali maneh langsung
> dipecat.
>
> Ambek Bunali, Wonokairun dike'i lakon dhadhi prejurit sing naksir selire
> Sakerah sing jenenge Romlah.
> Wonokairun dikongkon latihan mbayangno Romlah ambek nyekel kembang mawar.
>
> "Ngene lho carane. Mawar iki cekelen nganggo driji jempol ambek telunjuk,
> terus ambungen ambek merem.
> Mari ngono ngomongo ngene, ooh cik wangine maware Romlah iki . ." jare
> Bunali ngajari Wonokairun.
>
> Ambek Wonokairun latihane dibolan-baleni kiro-kiro sak wulan sampek
> ngelontok.
> Sembarang kembang yo wis tau digawe latihan. Bunali puas pisan ambek
> latihane Wonokairun.
> Pas katene pentas, Bunali wanti-wanti maneh ojok sampek lali ambek lakone
> lek gak gelem dipecat.
>
> Lha pas wayahe tampil, tibake sing nontok wuakeh pol, Wonokairun malih
> grogi tapi atine diayem-ayemno.
> Mari gamelane muni, tak tung tak tung . . .gong !. Wonokairun metu nang
> panggung.
>
> "Ooooh cik wangine Romlah iki . . .", begitu sadar lek kata-katane onok
> sing kurang, Wonokairun langsung pucet.
>
> Gak sui moro-moro penontone ruame bengok-bengok, "Huuu .!!", "Saru !!",
> "Nggilani !!", "Kempro !!" ambek nyawatno sandal nang raine Wonokairun.
>
> Wonokairun langsung mlayu ndhelik nang walike panggung. Tibake Bunali wis
> mengkerik ngamuk-ngamuk, "Kon iku pancene ngisin-ngisini. Kon tak pecat
> !".
> Wonokairun njaluk sepuro, "Aku lak mek salah sak kata thok ae, mosok ngono
> ae dipecat".
>
> "Kon tak pecat dhudhuk perkoro lali kata-katane thok !!" jare Bunali
> maneh.
>
> "Lho opoko ?" Wonokairun heran.
>
> "Kon lali gak nggowo kembange . ."
>
WONOKAIRUN BERI SAMBUTAN
Pak RT sedang sakit. Karena dianggap sebagai sesepuh, maka Wonokairun ditunjuk untuk mewakili memberikan sambutan pada suatu acara di kampungnya.
Sambil menggerundel, ia naik panggung. Dan inilah yang dikatakannya :
"Bapak2 Ibu2 sekalian, hari ini saya tidak akan berpidato panjang lebar.
Karena kalau terlalu panjang kasihan ibu2. Sedangkan kalo terlalu lebar yang kasihan adalah bapak2."
Habis bicara begitu, Wonokairun langsung nyelonong turun panggung. Sementara warga terbengong-bengong
Sambil menggerundel, ia naik panggung. Dan inilah yang dikatakannya :
"Bapak2 Ibu2 sekalian, hari ini saya tidak akan berpidato panjang lebar.
Karena kalau terlalu panjang kasihan ibu2. Sedangkan kalo terlalu lebar yang kasihan adalah bapak2."
Habis bicara begitu, Wonokairun langsung nyelonong turun panggung. Sementara warga terbengong-bengong
Sepuluh Ewu
28 November, 2009 | @ Suroboyoan
Wonokariun ngejak gendakane, jenenge Mbok Cempluk, perikso nang dokter Bunali.
“Opoko sampeyan iku mbah, wong awake ketok tahes kok athik perikso.” takokdokter Bunali.
“Ngene lho dok, umurku iki wis 80 lha bojoku iki wis kewut pisan umure 75.
Aku pingin takok opo sik oleh tah aku ambek bojoku iki main koyok manten
anyar ?” takok Wonokairun ambek isin-isin.
“Lho lek sampeyan gak onok penyakit yo aman-aman ae. ” jare doktere.
“Wah tepak lek ngono, cumak cik tambah mantep, tulung aku ambek bojoku
diperikso. Lha terus mumpung ndhik kene, aku tak main ambek bojoku nang
kamar praktek sampeyan. Tulung dipantau mbok menowo onok opo-opo.” Jare
Wonokairun.
Batine Bunali, sak umur-umur lagek iki ono pasien njaluk sing aneh koyok
ngene. Tapi wong jenenge dokter akhire panjaluke Wonokairun dituruti, mari
jantunge diperikso, wong loro iku main tutupan layar. Lha Bunali ngenteni
jogo-jogo lek misale wong loro iku gak kuat terus jantungen.
Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.
“Yok opo dok, aman ae tah?” takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik
kuat. “Wis mbah, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir.”
“Suwun dok. Piro ongkose ?” takok Wonokairun.
“Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat.” Jare Bunali.
Mari ngono arek loro iku pamitan mulih.
Seminggu maneh, wong loro iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok
seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau
pas main.
Bunali yo nuruti ae wong pancen tugase sebagai dokter.
Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.
“Yok opo dok, aman ae tah?” takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik
kuat. “Lak wis tak kandani, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir.”
“Suwun dok. Piro ongkose ?” takok Wonokairun.
“Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat.” Jare Bunali.
Mari ngono arek loro iku pamitan mulih.
Seminggu maneh, wong loro iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok
seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau pas main.
Bunali wis mulai ngersulo, tapi yo sik dituruti.
Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.
“Yok opo dok, aman ae tah?” takok Wonokairun.
Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik
kuat. “Koyok minggu wingi, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir.”
“Suwun dok. Piro ongkose ?” takok Wonokairun.
“Sik tah mbah, aku katene takok. Sampeyan lak wis tak kandani lek sampeyan iku sehat, laopo bolak-balik teko rene ngongkon aku mentelengi sampeyan main. Masio elek, aku iki dokter rek !!, dhudhuk wasit smack down.” Bunali mulai purik.
“Ngene lho dok, aku iki wis muteri sak Suroboyo, Mbenjeng, Balungbendo, Ndhiwek sampek Peterongan. Gak onok sewa kamar sing ngisore sepuluh ewu .”
MO LI MO PART 2
Mari nilep dhuwik makelaran , akhire Bunali pindah omah nang luar
kota golek ketenangan. Dhuwike ditukokno omah ndhik walike gunung
kemukus. Ndesone pancen suepi gak onok wong blas.
Paling banter Bunali metu tuku kebutuhan sakwulan pisan, sisane yo
wis ndhik omah dhewekan gak onok sing ngeriwuki. Pokoke uripe tenang
dan damai gak onok sing ngganggu maneh. Sui-sui sakjane Bunali yo kroso
kesepian.
Kiro-kiro wis rong sasi, pas enak-enak nyruput kopi sore-sore moro-moro
onok wong sing dhodhok omahe Bunali.
”Kulo nuwun, kenalno jenengkuWonokairun, omahku kiro-kiro rong kilo
seko kene. Aku katene ngundang sampeyan mangan-mangan ndhik omahku
jam pitu bengi. ”. jare tamune Bunali.
”Wah ketepakan, aku wis sui gak gumbul wong maneh. Yo wis aku tak
mrono. ” jare Bunali sueneng. Mari ngono Wonokairun pamit.
Pas katene metu lawang, Wonokairun mbalik maneh, ”Aku meh lali,
engkok onok ngombe-ngombe bir pisan.”
”Wah gak masalah, aku wis biasa ngombe” jare Bunali.
Jik tas mlaku, Wonokairun mbalik maneh, ”Aku meh lali maneh, engkok
onok sabu-sabu pisan, tapi ojok rame-rame lho yo”.
”Lho ketepakan iku, aku wis sui gak nyabu maneh,” jare Bunali maneh.
Wis tekan pekarangan, dhadhak Wonokairun mbalik maneh, ”Sampeyan
seneng gendhakan pisan tah gak ?”
”Opo maneh gendhakan, aku wis rong wulan nganggur, yo mesti ae arep
rek. ” Bunali tambah giras mbayangno.
”Yo wis tak enteni ” jare Wonokairun.
”Lho Mbah, aku kudhu nganggo klambi opo, batikan tah sarungan thok
? ” takok Bunali.
”Sak karepmu !. Wong mek onok awakmu karo aku. . .”
kota golek ketenangan. Dhuwike ditukokno omah ndhik walike gunung
kemukus. Ndesone pancen suepi gak onok wong blas.
Paling banter Bunali metu tuku kebutuhan sakwulan pisan, sisane yo
wis ndhik omah dhewekan gak onok sing ngeriwuki. Pokoke uripe tenang
dan damai gak onok sing ngganggu maneh. Sui-sui sakjane Bunali yo kroso
kesepian.
Kiro-kiro wis rong sasi, pas enak-enak nyruput kopi sore-sore moro-moro
onok wong sing dhodhok omahe Bunali.
”Kulo nuwun, kenalno jenengkuWonokairun, omahku kiro-kiro rong kilo
seko kene. Aku katene ngundang sampeyan mangan-mangan ndhik omahku
jam pitu bengi. ”. jare tamune Bunali.
”Wah ketepakan, aku wis sui gak gumbul wong maneh. Yo wis aku tak
mrono. ” jare Bunali sueneng. Mari ngono Wonokairun pamit.
Pas katene metu lawang, Wonokairun mbalik maneh, ”Aku meh lali,
engkok onok ngombe-ngombe bir pisan.”
”Wah gak masalah, aku wis biasa ngombe” jare Bunali.
Jik tas mlaku, Wonokairun mbalik maneh, ”Aku meh lali maneh, engkok
onok sabu-sabu pisan, tapi ojok rame-rame lho yo”.
”Lho ketepakan iku, aku wis sui gak nyabu maneh,” jare Bunali maneh.
Wis tekan pekarangan, dhadhak Wonokairun mbalik maneh, ”Sampeyan
seneng gendhakan pisan tah gak ?”
”Opo maneh gendhakan, aku wis rong wulan nganggur, yo mesti ae arep
rek. ” Bunali tambah giras mbayangno.
”Yo wis tak enteni ” jare Wonokairun.
”Lho Mbah, aku kudhu nganggo klambi opo, batikan tah sarungan thok
? ” takok Bunali.
”Sak karepmu !. Wong mek onok awakmu karo aku. . .”
TUKU TISSU
Wonokairun lagi blonjo ndhik minimarket cedhak omahe.
Sing dituku tibake daging kalengan gawe pakane kucing.
Pas katene mbayar, Wonokairun ditakoni kasire.
"Mbah, lek sampeyan katene tuku pakan kucing iki, sampeyan kudhu
mbuktekno lek sampeyan iku ndhuwe kucing.
Aku khawatir lek tibake pakan kucing iki sampeyan emplok dhewe. " jare
Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nggendhong kucing
dipamerno ndhik Bunali.
"Iki kucingku " jare Wonokairun ambek mbayar daging kalengan gawe
kucinge.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki tuku biskuit
balung
pakane asu.
Pas katene mbayar, ditakoni maneh ambek Bunali.
"Mbah, sampeyan ndhuwe asu tah ?. Aku khawatir lek tibake pakan asu
iki sampeyan emplok dhewe." jare Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nuntun asu dipamerno ndhik
Bunali.
"Iki asuku " jare Wonokairun ambek mbayar biskuit balung gawe asune.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki nenteng kardus
bekase indomi sing pinggire dibolongi sak driji.
"Mbah, sampeyan katene tuku pakane ulo tah ? " jare Bunali.
"Iki isine dhudhuk ulo. Cobaken tanganmu lebokno kene lek pingin
ngerasakno.
Wis tah tak jamin gak bakal nyatek. " jare Wonokairun.
Pertama Bunali rodhok wedhi, tapi mari dibujuk Wonokairun akhire
Bunali kendhel. Drijine dilebokno ndhik bolongane kerdus.
Tibake njerone onok gembuk-gembuke. Pas drijine ditarik maneh, ambune
malih gak whuenak.
Bunali misuh-misuh gak karuan, "Damput, ancene wong dhobhol, lha laopo
aku sampeyan kongkon ndhemok tembelek."
"Saiki, oleh tah aku tuku tisu kamar mandi ?".
Sing dituku tibake daging kalengan gawe pakane kucing.
Pas katene mbayar, Wonokairun ditakoni kasire.
"Mbah, lek sampeyan katene tuku pakan kucing iki, sampeyan kudhu
mbuktekno lek sampeyan iku ndhuwe kucing.
Aku khawatir lek tibake pakan kucing iki sampeyan emplok dhewe. " jare
Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nggendhong kucing
dipamerno ndhik Bunali.
"Iki kucingku " jare Wonokairun ambek mbayar daging kalengan gawe
kucinge.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki tuku biskuit
balung
pakane asu.
Pas katene mbayar, ditakoni maneh ambek Bunali.
"Mbah, sampeyan ndhuwe asu tah ?. Aku khawatir lek tibake pakan asu
iki sampeyan emplok dhewe." jare Bunali, kasire.
Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nuntun asu dipamerno ndhik
Bunali.
"Iki asuku " jare Wonokairun ambek mbayar biskuit balung gawe asune.
Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki nenteng kardus
bekase indomi sing pinggire dibolongi sak driji.
"Mbah, sampeyan katene tuku pakane ulo tah ? " jare Bunali.
"Iki isine dhudhuk ulo. Cobaken tanganmu lebokno kene lek pingin
ngerasakno.
Wis tah tak jamin gak bakal nyatek. " jare Wonokairun.
Pertama Bunali rodhok wedhi, tapi mari dibujuk Wonokairun akhire
Bunali kendhel. Drijine dilebokno ndhik bolongane kerdus.
Tibake njerone onok gembuk-gembuke. Pas drijine ditarik maneh, ambune
malih gak whuenak.
Bunali misuh-misuh gak karuan, "Damput, ancene wong dhobhol, lha laopo
aku sampeyan kongkon ndhemok tembelek."
"Saiki, oleh tah aku tuku tisu kamar mandi ?".
Jumat, 17 September 2010
BRUDIN PERTAMA KALI NAIK PESAWAT TERBANG
DARI CERITA TRIO BURULU
NAIK PESAWAT
Disebuah Bandara Pesawat Nyaknyiknyuk Air Lines sudah siap akan take off tujuan Jakarta Para penumpang satu persatu menduduki kursi sesuai dengan nomornya , khusunya di kelas Bisnis sudah penuh dengan penumpang berkelas.
Tiba tiba seorang penumpang kelas Bisnis bernama Bunali sedang bersitegang dengan
seseorang, pasalnya kursinya diduduki oleh seseorang bernama Brudin.
Bunali : “ Pak , kursi ini tempat duduk saya. Mungkin bapak keliru ya ?”
Brudin : “ Sampian ini bagimana , lha wong saya datangnya duluan , ya saya duduki..”
Bunali : “ Tapi..ini milik saya pak !!” jawab Bunali kesal sambil menunjukkan tiketnya.
Brudin : “ Alaa itu kan Cuma nomer , cari kursi lain saja , kan kita sama sama bayar.”
Karena tidak berhasil lalu Bunali minta bantuan seorang pramugari bernama Lumut.
Lumut : “ Pak Brudin tempat duduk bapak bukan disini tapi dikelas ekonomi belakang sana..”
Brudin : “ Lho, tak bisa mbak , sebab saya datang duluan , yang datang belakangan ya duduk dibelakang kan ?? Itu namanya adil tak iye !!? ”
Lumut : “ Tapi…tap….”
Brudin : “ Sudah !! sudah !!. Jangan ganggu saya !!”
Merasa tidak berhasil pramugari Lumut lapor ke Pilot pesawat bernama Selleh.
Dengan penuh keyakinan sang pilot menghampiri pak Brudin sambil bertanya :
Selleh : “ Apa Bapak pertama kali naik pesawat ??”
Brudin : “ Iya Pak . baru pertama , biasanya naik kreta api ataba Bis Pak !!..”
Selleh : “ Pak Brudin tujuan nya kemana ???”
Brudin : “ Ke Jakarta Pak..”
Selleh : “ Oh..ke Jakrta..., Kalau ke Jakarta tempat duduk Bapak bukan disini ..”
Brudin : “ Lha kalo disini tujuan nya kemana ?? “
Selleh : “ Kalo duduk disini tujuan nya ke Eropa pak ..”
Akhirnya Brudin dengan tergopoh gopoh mengemasi barang barangnya meninggalkan ruang Bisnis pindah kekelas Ekonomi paling belakang tanpa rewel lagi
Sementara pilot Selleh tersenyum puas , lalu masuk kedalam cockpit dan pesawatpun take off menuju Jakarta. Hehehehe.........
NAIK PESAWAT
Disebuah Bandara Pesawat Nyaknyiknyuk Air Lines sudah siap akan take off tujuan Jakarta Para penumpang satu persatu menduduki kursi sesuai dengan nomornya , khusunya di kelas Bisnis sudah penuh dengan penumpang berkelas.
Tiba tiba seorang penumpang kelas Bisnis bernama Bunali sedang bersitegang dengan
seseorang, pasalnya kursinya diduduki oleh seseorang bernama Brudin.
Bunali : “ Pak , kursi ini tempat duduk saya. Mungkin bapak keliru ya ?”
Brudin : “ Sampian ini bagimana , lha wong saya datangnya duluan , ya saya duduki..”
Bunali : “ Tapi..ini milik saya pak !!” jawab Bunali kesal sambil menunjukkan tiketnya.
Brudin : “ Alaa itu kan Cuma nomer , cari kursi lain saja , kan kita sama sama bayar.”
Karena tidak berhasil lalu Bunali minta bantuan seorang pramugari bernama Lumut.
Lumut : “ Pak Brudin tempat duduk bapak bukan disini tapi dikelas ekonomi belakang sana..”
Brudin : “ Lho, tak bisa mbak , sebab saya datang duluan , yang datang belakangan ya duduk dibelakang kan ?? Itu namanya adil tak iye !!? ”
Lumut : “ Tapi…tap….”
Brudin : “ Sudah !! sudah !!. Jangan ganggu saya !!”
Merasa tidak berhasil pramugari Lumut lapor ke Pilot pesawat bernama Selleh.
Dengan penuh keyakinan sang pilot menghampiri pak Brudin sambil bertanya :
Selleh : “ Apa Bapak pertama kali naik pesawat ??”
Brudin : “ Iya Pak . baru pertama , biasanya naik kreta api ataba Bis Pak !!..”
Selleh : “ Pak Brudin tujuan nya kemana ???”
Brudin : “ Ke Jakarta Pak..”
Selleh : “ Oh..ke Jakrta..., Kalau ke Jakarta tempat duduk Bapak bukan disini ..”
Brudin : “ Lha kalo disini tujuan nya kemana ?? “
Selleh : “ Kalo duduk disini tujuan nya ke Eropa pak ..”
Brudin : “ Ke Eropa ??????? Lha kalo ke Jakarta duduknya dimana ???”
Selleh : “ Duduknya dibelakang sana , biar bapak tidak kebablasan ke Eropa..”
Brudin : “ Oh ya..ya… saya baru tahu...Untung pak pilot kasih tahu saya. Kalo gitu saya mau pindah tempat duduk yang tujuan Jakarta saja pak…!!..”Akhirnya Brudin dengan tergopoh gopoh mengemasi barang barangnya meninggalkan ruang Bisnis pindah kekelas Ekonomi paling belakang tanpa rewel lagi
Sementara pilot Selleh tersenyum puas , lalu masuk kedalam cockpit dan pesawatpun take off menuju Jakarta. Hehehehe.........
Kamis, 16 September 2010
BAHASA ASING BAU JAWA
PENGAMATAN
Inilah hasil pengamatan Kaisar Victorio perihal kosa kata bahasa Jawa yang bila diucapkan bunyinya mirip bahasa asing seperti bahasa Inggris,Jerman.Belanda,Jepang,China (Mandarin),Arab,Spanyol,India dan lain lain.
BAHASA INGGRIS BAU JAWA
Suka = The Men
Kelapa Muda = The Gun
Hujan Lebat = The Rest
Melihat = The Lock
Habis = Tell Us
Kepiting = You You
Sisa sisa = Car Rent - Car Rent
Celana = Shoe Wall
Terima kasih = Shoe Won't
Ada = Want Ten
WC Umum = Pound Ten
Kelaparan = Clue Went
Kurang Ajar = Jump Put !
Banci = One Do
Sop Kaki = Kick Kill
Kaki = She Kill
Anus = She Late
Susah / Sulit = Saw Raw
Nama Kota = Show Low
Suara = Swan Ten
Belum = They Rank
Tumbuh = Too Cool
Barat = Cool On
Cantik = Are You
Paha = Can Tall
Tidak Pandai Nyetir = No Brook
Bersinggungan = No Tool
Jual = Are Doll
Permaianan Judi = Call Us
Belepotan = Jam Bread
Penjahat Jalanan = Jump Bread
Kain Pembersih = Share Bat
Umur 60 Tahun = Too Wake
Jari Tangan Kaku = Key Thing
Kamar Mandi = Key One
Ayam = Pee Tick
Bicara Tidak Jelas = Pay Low
Daging Tumbuh = Cow Till
Alat Penggoreng = Shoe Till
Melekat = Can't Till
Mengejar = Go Duck
Tempat Menumpuk Barang = Good Dunk
Tanah Berlumpur = Jam Broad
Berguguran = Broad Doll
Bibir = Lamp Bay
Pulang = Man Took
Naik Keatas = Man Neck
Rumah Sangat Sederhana = Go Book
Tidak Seret = Can Door
Celana Dalam = Color
Kecil Pendek = Moon Tell
Lupa = Shoe Pay
Ingat = Ill Link
Makanan Ringan = Cow Luck
Cowok Bujangan = Jaw Cow
Berani = Candle
Selesai = Man Toon
bersambung.......
BAHASA BELANDA BAU JAWA
Tertelan sesuatu = Kleleken
Kesemutan = Gringingen
Sakit Kulit = Gudigen
Mata Kena Pasir = Klilipen
Mulut Kurang Ajar = Kaplokken !
Jengkel dan Marah = Gregeten
Berapa = Pinten
Besi Tua = Karratten
Tidak Sama = Bentten
Tidak Ada = Botten Wonten
Bicara jorok = Splakken !
Habis Makan Minum = Glegek 'en
Angkut Pasir = Gledeg 'en
Banyak Bicara = Menirren
Jari Kaki Gatal = Rangen
Permen Susu = Mutten !
Minum Pil = Untallen !
Sandal = Klompen
Wajah Biar Halus = Skrappen !
Kedinginan = Katuk' en
Ikan Pindang = Brengkessen !
Gatal-Gatal = Garukken / Kukurren
Keterlaluan = Nemmen
Menduga = Kinten Kinten
Demikian = Mekatten
Banyak Minum = Klempokken
Kelaparan = Kalirren
Siram Tanaman = Semprotten !
Suka = Demmen / Remmen
Gatal Gatal = Bidurren / Kerokken
Masuk Angin = Kero'en
Murid Kurang Ajar = Strappen !
Orang Tionghoa = Cinten
Memotong Kain = Guntingen
Makanan Lezat = Badokken !
Es Krim Enak = Cucuppen !
Kul Kentang Wortel = Soppen !
Capek Bicara = Menirren / Blankemmen
Bersambung........
BAHASA MANDARIN BAU JAWA
Superman = Wong Sing Kwat
Remang Remang = Li Mang Hwat
Kesenian Tradisional = Hwa Yang Wong
Telanjang Di Jalan = Wong Sin Ting
Tidak Bisa Bayar = Wu Tang Siek
Hamil Diluar Nikah = Mei Teng Siek
Pakaian Berlobang = Tak Ti Siek
Nanti Dulu = Meng Kou Siek
Berapa Harganya = Pin Ten Nan
Gampang Terpengaruh = Ka Tu Tan
Masuk Angin = Ngen Tu Tan
Sering Pipis = NguYu Han
Yang Terbaik = Ing Kang Sai
Orang baik = Ti Yang Sai
Hamil Tujuh Bulan = Ting Ke Pan
Gadis Perawan = Siek Ting Ting
Belum Menikah = Siek Bu Jang
Tidak Kena = Mei Ling Sei
Masih Sadar = Siek Yi Ling
Pikun = La Li Yan
Malam Pertama = Wu Tik En
Tarzan = Kan Cu Tan
Es Krim Enak = Cui Cu Pen
Perhiasan Palsu = Ka Lung Seng
Setrika = Go Sok An
Gampang Sakit = Go Pok An
Mau Jatuh = Go Cek An
Boneka = Go Lek An
Potongan Logam = Cui Lan Seng
Suara Ribut = Ta Boh Seng
Perut Buncit = Mbe To Tong
Pantat Besar = Wong Sei Mok
Orang Kurus = Wong Kei Ceng
Cari Kutu = Pei Tan Nan
Lantai Licin = Lu Mu Ten
Pakaian Basah = Pi Pi Yen
Jajan Pasar = Ke Lan Ting
Di Belakang = Ying Wing King
Lari Terburu Buru = Mei Len Cing
Tuan Rumah Pelit = Lung Gwan Sui, Tan Po Su Gwan
Tidak Bohong = Te Nan Kuok !
Bersambung......
BAHASA JEPANG BAU JAWA
Apa Kabar = Warasta ?
Kabar Baik = Saesae Mas!
Mobil Mogok = Goro Goro Akine Matek
Wajahmu = Koyo Ketek
Bayi Nangis = Katene Netek
Supaya Bayi Sehat = Tateteki
Payu Dara = Niku tetek
Supaya Bayi Sehat = Tateteki
Payu Dara = Niku tetek
Sakit Keras = Katene Matek
Otok Otok = Niku Tekek
Stress Berat = Soyosui Soyokuru
Pilihan Bagus = Niki Sae Mas !
Banyak Nyamuk = OraisoTuru
Menggonggong = NikuAsu Mas !
Sabun Jelek = Oraiso Muru
Pacarku = Katene Tarabi
Nenek Naik Pohon Kelapa = Takiro Ora Ono
Cuci Piring = Kora Kora
Sekarang Juga = Saeki Iki
Sendok Daun = NikuSuru Mas !
Makanan Enak = SotoKaroMi
Jalan Pincang = Sukumu Ora Roto
Hujan = ToyoRoto
Memaki = Misui
Banyak Anak = Ora Kabe
Tepung Gaplek = Kanji Tapioka
Tepung Gandum = Terigu Mas!
Pebruari = Sashiloro
Musuh = Sateru
Tukang Batu = Notoboto
Presiden = Notonegoro Mas!
Ke Kebun Binatang = Madanorupo Mas!
Belum Selesai = Oramari
Mau Kawin Lagi = Katene Tamaru
Hidung Buntu = Oraisoshisi
Nama Pria = Sanusi Mas!
Mata Tak Sepadan = Motokero
Tamu Tak Diundang = Moro Moro Teko
Jangan Sekarang = Ojosaiki Mas!
Helm = Wadaesira
Bakul = Wadaesego
Gelas = Wadae Toyo
Lahan Pertanian = Nikisawa
Bersambung....
BAHASA JERMAN BAU JAWA
Jalan Jalan = Mutter Mutter
Muak = Mbelenger
Kepingin = Ngiler
Nakal = Mbeler
Mati Mendadak = Klenger
Orang Jerman Melamun = Hitler Tenger Tenger
Orang Jerman Dikejar Anjing = Muller Die Uber Herder
Sok Tahu = Keblinger
Truk Mogok = Die Slinger
Memukul Paku = Die Hammer
Takut = Gemeter
Horor = Angker
Lantai Mahal = Binne Marmer
Tidur Nyenyak = Mlungker Ngiler Liyer Liyer.
Tirai = Kebber
Kota = Jember
Was Was = Degdegser
Serangan Jantung = Kessepper
Jajanan = Lemper
Terbang = Miber
Bolak Balik = Sliwar Sliwer
Jalannya Pelan = Klemmar Klemmer
Kepingin = Kemecer
Bersambung.....
BAHASA ARAB BAU JAWA
Ngomel Sendirian = Awwakmu Kumaat..
Kerja Bangunan = Kullibaatu Sorooh...
Kul Kentang Wortel = Shof Shofaan...
Permen Menthol = Ta'muut Roso Isiis....
Mau Berenang Di Sungai = Ambyurooo...
Rambut Kusut = Sisiiroo...
Setelah Tahu Lalu Kecewa = Taqiro Ayyu, Lakoq Kumus Kumuuss...
Punya Sepuluh Anak = Manaa'an
Jagoan Dari Ponorogo = Warooq
Tekor Rugi = Thoroooq..
Bodoh = Kathroooq...
Tuli = Qofook
Jera = Kafoooq
Penghasilan Tidak Tetap = Roq Roq Assaaam
Dikejar Anjing = Assu Taksawwaaat...
Tambah Panjang = Moudhoot...
Tempurung = Batooq
Merokok = Uduuud..
Satu Persatu = Uruut...
Orang Lucu = Baduuut...
Bersambung.....
BAHASA INDIA BAU JAWA
Bumbu Masak = Tumbarmirijahe
Meninggal Dunia = Wayahe
Bukan Urusanku = Mene Kutehe
Banyak Pengemis Berdatangan = Kere Kere Podorene
Turis Eropa Berdatangan = Bule Bule Podorene
Makanan Sedap = Sate Gule Kare
Lagu Dangdut = Kukut Kutahe
Ngantuk = Katene Sare
Jam 16.00 = Wayahe Sore
Bila Ada Kesempatan = Menne Menne
Jangan Sekarang = Menne Ae
Hidung Buntu = Are Upile Sa'Jahe...
Bersambung.....
BAHASA SPANYOL BAU JAWA
Selamat Tinggal = Adios
Merangkak Masuk = Mbrobos
Kumis Lebat = Brengos
Tukang Antar Makanan = Jongos
Sepakat = Dados !
Toko Baju = Kios Kaos
Tak Masuk sekolah = Bolos
Banyak Omong = Nerocos
Royal = Boros
Mandi Keringat = Gobyos
Tidak Pandai = Oraentos
Ganti Rugi = Nedigantos
Menetes = Nderodos
Permen = Mentos
Warna Merah = Saos
Menunggu = Ngerantos
Tempat Air Panas = Terremos
Gundul = Plontos
Gigi Keluar = Prongos / Merongos
Wajah Dekil = Kempros
Kompor Meledak = Ngebros Mbledos
Bersambung....
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar:
Poskan Komentar